Optimasi Hasil Produksi Pertanian Berdasarkan Kualitas Air Irigasi Wilayah Pesisir di Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan

Kecamatan Wonokerto merupakan salah satu Wilayah Pesisir yang ada di Kabupaten Pekalongan. Wilayahnya yang berbatasan dengan Laut Jawa menjadikan Kecamatan Wonokerto termasuk ke dalam wilayah yang berpotensi rawan bencana banjir rob. Sebanyak 15,061% Wilayah Kecamatan Wonokerto mengalami alih fungsi lahan akibat banjir rob, sektor yang paling terdampak adalah sektor pertanian. Hal ini dikarenakan banjir rob yang menimbulkan intrusi pada air irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persebaran kualitas air irigasi berdasarkan salinitas, mengoptimasi pemanfaatan lahan pertanian, dan mengoptimasi produksi pertanian berdasarkan kualitas air irigasi pada Wilayah Pesisir. Berdasarkan hasil uji DHL pada empat desa, intrusi air laut sudah mencapai saluran irigasi Bagian Tengah Kecamatan Wonokerto. Hal tersebut ditunjukan dengan kualitas air irigasi berdasarkan salinitasnya, pada saluran Bagian Tengah masuk ke dalam kelas C3. Saluran tersebut mengairi pertanian di Desa Rowoyoso dan Desa Tratebang. Tingkat salinitas tertinggi berada pada saluran irigasi dengan jarak terdekat dengan garis pantai, yang dikategorikan pada kelas C4. Adapun, tingkat salinitas paling rendah terdapat pada saluran yang terletak paling Selatan di Kecamatan Wonokerto dengan kategori kelas C2, yang artinya tingkat salinitas air irigasi sedang dan masih digolongkan sebagai air tawar. Guna mencapai nilai optimum dalam penggunaan lahan sektor pertanian di Kecamatan Wonokerto, maka penelitian ini menggunakan metode simpleks. Perhitungan dengan metode simpleks menghasilkan suatu pemodelan rencana penggunaan lahan dan nilai produksi pada sektor pertanian. Berdasarkan hasil pemodelan dan perhitungan, Kecamatan Wonokerto mampu menghasilkan nilai produksi Rp 62.038.360.189. Hasil dari penelitian ini hanya dapat digunakan dengan menimbang beberapa keterbatasan, yaitu pengambilan data pada musim kemarau dengan estimasi produksi secara tahunan, data ketersediaan luasan lahan pertanian, dan kendala pandemi COVID-19 dalam pengumpulan data