Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kumbang Ambrosia Pada Tanaman Pinus Dengan Perbedaan Sistem Budidaya Di Kota Batu

Kumbang ambrosia merupakan serangga penggerek kayu yang beberapa spesies diantaranya berperan sebagai hama hutan yang paling merusak. Kumbang yang termasuk di dalam kumbang ambrosia dibagi menjadi 2 subfamili yakni Scolytinae dan Platypodinae. Tanaman pinus merupakan tanaman penghasil hasil hutan tertinggi diantara tanaman hutan lain di Kota Batu. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan informasi keanekaragaman, kelimpahan serta komposisi kumbang ambrosia pada berbagai sistem budidaya yang ada di Kota Batu. Informasi yang didapatkan, diharapkan bisa menjadi data dasar dalam melakukan perencanaan dan pengelolaan kawasan hutan pinus yang ada di Kota Batu. Penelitian ini dilakukan di Hutan Tanaman Pinus di Kota Batu yang terletak di Desa Tlekung, Desa Sumbergondo, dan Desa Sumberejo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2022. Lahan pengamatan terdiri dari empat lahan dengan perbedaan sistem budidaya dan penggunaan lahannya, yaitu polikultur pinus dan eucalyptus, monokultur pinus dan agroforestri, monokultur pinus dan rumput gajah, serta monokultur pinus. Perangkap untuk kumbang ambrosia menggunakan perangkap dari botol air mineral yang memuat larutan etanol 95% sebagai atraktan. Pada masing-masing lahan pengamatan dipasang sebanyak 20 botol perangkap, dimana pengumpulan spesimen dilakukan sebanyak 10 kali dengan interval dua kali dalam satu minggu. Kumbang ambrosia yang terperangkap, dikoleksi dan disimpan dalam botol spesimen yang diisi dengan alkohol 70%. Identifikasi jenis-jenis kumbang ambrosia yang telah dikoleksi menggunakan mikroskop stereo dilakukan di Laboratorium Hama Tumbuhan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Data yang diperoleh selama pengamatan, kemudian dianalisis dengan bantuan dari perangkat lunak R-studio. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 589 individu dan 15 spesies kumbang ambrosia pada keempat sistem budidaya yang diamati di Kota Batu. Nilai indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan pada keempat sistem budidaya bernilai sedang. Pada keempat sistem budidaya ditemui adanya dominansi suatu spesies di dalamnya, yakni X. crassiusculus pada sistem monokultur pinus dan X. andrewesi di ketiga sistem budidaya lainnya. Perbandingan kekayaan spesies dan kelimpahan individu kumbang ambrosia pada keempat sistem budidaya menunjukkan bahwa sistem budidaya polikultur pinus dan eucalyptus memiliki keanekaragaman dan kelimpahan kumbang ambrosia tertinggi diantara ketiga sistem budidaya lainnya. Nilai kemiripan tertinggi terdapat pada sistem budidaya polikultur pinus dan eucalyptus serta monokultur pinus. Disisi lain nilai kemiripan terendah terdapat pada sistem budidaya monokultur pinus dan agroforestri serta monokultur pinus dan rumput gajah. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan adanya perbedaan komposisi kumbang ambrosia pada keempat sistem budidaya yang diamat