Keanekaragaman Kumbang Ambrosia Pada Tanaman Jati Dengan Perbedaan Pola Tanam Di Perum Perhutani Kph Pati

Kumbang ambrosia umumnya hidup pada pohon yang telah mati atau hampir mati. Kumbang ambrosia berasosiasi dengan jamur dalam mendapatkan nutrisi yang didapat dari jamur tersebut. Jamur yang tumbuh pada kulit kayu dapat menjadi sumber makanan kumbang ambrosia. Kayu yang terserang kumbang ambrosia akan membentuk lubang. Salah satu tanaman berkayu yang menjadi inang dari kumbang ambrosia adalah tanaman jati. Penelitian dilakukan di Perum Perhutani KPH Pati yang merupakan salah satu tempat hutan produksi jati yang terdapat di Kabupaten Pati. Kegiatan identifikasi dilakukan di Laboratorium Hama, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya yang. Penelitian dimulai dari bulan Februari hingga bulan Mei. Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan kumbang ambrosia pada tanaman jati dengan menggunakan perbedaan pola tanam. Terdapat tiga pola tanam antara lain lahan jati monokultur tanpa tutupan lahan, lahan jati monokultur dengan tutupan lahan, dan lahan jati polikultur. Pengamatan yang dilakukan ialah pengambilan sampel kumbang ambrosia yang dilakukan selama 10 kali pengamatan. Pengambilan sampel dibantu dengan pemasangan perangkap sebanyak 10 perangkap pada setiap lahan, dengan pemasangan perangkap setinggi 1,5 meter diatas permukaan tanah. Umpan untuk memerangkap kumbang ambrosia menggunakan alkohol 96%. Data yang diperoleh dari pemasangan perangkap untuk mengetahui keragaman ShannonWiener (H’), indeks kemerataan (E), dan indeks dominansi simpson (1-D). Hasil yang diperoleh kemudian diolah menggunakan R studio yang disajikan dalam diagram boxplot. Hasil data yang diperoleh ialah terdapat 11 spesies dari 10 genus antara lain Xylosandrus crossiusculus, Xylosandrus morigerus, Xylosandrus compactus, Xyleborinus andrewesi, Xyleborus affinis, Crypalus sp, Hypothenemus sp1, Hypothenemus sp2, Eccoptopterus spinosus, Premnobius sp, dan Euplatypus parallelus. Kumbang ambrosia pada tanaman jati monokultur tanpa tutupan lahan mempunyai nilai keragaman (H’= 1.595), jati monokultur dengan tutupan lahan (H’= 1,481), dan jati polikultur (H’= 1,549), termasuk kedalam kategori sedang. Nilai kemerataan pada jati monokultur tanpa tutupan lahan (E= 0,726), jati monokultur dengan tutupan lahan (E= 712), dan jati polikultur (0,672), termasuk kedalam kategori tinggi. Serta dominansi pada jati monokultur tanpa tutupan lahan (D= 0,713), monokultur dengan tutupan lahan (D= 0,713), dan jati polikultur (D= 0,719), termasuk dalam kategori sedan