Epigrafi Indonesia Dalam Kerangka Pikir Pasca - Modernisme

The interest in studying inscriptions as a source of history in Indonesia has been ingrained since the beginning of the XIX century. This is evidenced by the publication of the book The History of Java in 1817. The author, Sir Thomas Stamford Raffles, the governor-general of England set aside two chapters of his book to discuss and classify several inscriptions, both in Old Javanese and Sanskrit. Even though Raffles' study cannot be called scientific, at least he has tried to give meaning to the traced remains that he knows. It can be said that Raffles was the first to make use of this written legacy to share the history of Java.Minat mengkaji prasasti sebagai sumber sejarah di Indonesia sudah mulai tertanam sejak awal abad XIX yang lalu. Hal itu dibuktikan dengan terbitnya buku The History of Java pada tahun 1817. Pengarangnya, Sir Thomas Stamford Raffles, gubernur jendral lnggris yang menyisihkan dua bab bukunya untuk membahas dan mengklasifikasikan beberapa prasasti, baik berbahasa Jawa Kuna maupun Sanskerta. Waiaupun kajian Raffles belum dapat disebut ilmiah, tetapi setidaknya ia telah mencoba memberi makna pada tinggalan bertutis yang ia ketahui. Boleh dikata, Raffles-lah yang pertama kali memanfaatkan tinggalan bertulis itu untuk meraka-reka sejarah tanah Jawa