Kriya merupakan akar seni rupa di Indonesia. Di Bali kriya ketakson terwujud karena fungsi utamanya sebagai simbol Sang Suci, dan menjadi batu loncatan bertemu dengan-Nya. Ia bersifat sakral, dihormati serta dikeramatkan oleh masyarakat. Sejalan konsep ajeg Bali, guna mengantisipasi keberlanjutan kebudayaan Bali, maka keluar keputusan penggolongan sifat budaya (kriya) Bali menjadi 3 (tiga), yakni; wali, bebali, dan balih-balihan. Penggolongan ini mempertegas kembali perbedaan kriya yang berfungsi untuk kebutuhan agama dan kriya untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Artikel ini merupakan kajian yang mempertegas kembali kriya sakral dan profan yang pantas disuguhkan untuk wisatawan. Memperjelas perbedaan dan keberadaan kriya ketakson, kerajin...