Sebagai sebuah disiplin ilmu dalam Islam tasawuf seharusnya berkiblat pada dua sumber utama, yaitu al-Qur'an dan hadis. Tradisi ini pada dasarnya telah berlangsung lama sejak lahirnya tasawuf. Hal ini ditandai dengan munculnya ulama-ulama dalam tasawuf yang merupakan periwayat hadis. Namun pada perjalanannya, ulama tasawuf banyak sekali mengabaikan faktor kesahihan sebuah hadis yang mereka jadikan sebagai bahan dakwah dan pedoman ibadahnya. Makalah ini bertujuan untuk menguak sebuah tradisi yang menarik antara tasawuf dan hadis di masa akhir kekaisaran Ottoman. Untuk membatasi periode supaya tidak melebar, pembahasan hanya akan berfokus pada abad 19 dan pada satu tokoh, Ahmad Ziyauddin Gumushanevi. Dengan menggunakan pendekatan historis dan...