Uji Efek Teratogenik Boraks Terhadap Kelainan Morfologi Ekstremitas Bayi Tikus Rattus Norvegicus

Menurut Permenkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, boraks merupakan salah satu bahan kimia yang dilarang digunakan untuk pangan. Namun, dalam penelitian yang dilakukan oleh Agus Pramono dalam Nasution (2009) tentang boraks pada beberapa jenis makanan, lebih dari 60% dari setiap jenis sampel positif mengandung boraks. Boraks merupakan zat aditif yang dapat melalui sawar plasenta dan dapat ditemukan di ASI, Apabila suatu zat asing dapat melalui sawar plasenta, zat tersebut dapat menjadi teratogen bagi janin. Menurut Cox (2004), asam borat sebagai hasil disosiasi dari boraks dapat menyebabkan berkurangnya jumlah ruas tulang belakang janin tikus, dan kegagalan pembentukan satu tulang rusuk. Sehingga, mungkin saja boraks dapat menghambat pertumbuhan tulang lain, contohnya tulang pada ekstremitas janin. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada efek teratogen dari boraks terhadap morfologi ekstremitas bayi tikus Rattus norvegicus. Penelitian ini bersifat true experimental dengan rancangan Randomized Post Test Only with Control Group Design. Sampel yang digunakan adalah tikus wistar Rattus norvegicus yang berusia 8-10 minggu dan sehat. Sampel dibagi menjadi 5 kelompok dengan (5 ekor per kelompok), yaitu kelompok kontrol (tanpa paparan boraks), P1 (boraks sebanyak 50mg/kgBB), P2 (100mg/kgBB), P3 (200mg/kgBB), P4 (400mg/kgBB) sejak hari ke-4 hingga ke-17 kehamilan. Hasil: Dua ekor tikus kelompok perlakuan (masing-masing 1 ekor dari P1 dan P4) mati selama penelitian. 1 dari 209 fetus tikus lahir tanpa ekstremitas atas dan bawah (0,5%; p > 0,05); terdapat pemendekan panjang ekstremitas secara signifikan pada P1 (p < 0,05) dan peningkatan panjang ekstremitas secara signifikan dari kelompok P3 (p < 0,05). Jumlah fetus per induk dan kejadian kecacatan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tidak memiliki perbedaan secara signifikan (p > 0,05). Kesimpulan: pemberian boraks selama kehamilan dapat menyebabkan kecacatan, walaupun tidak secara signifikan