PRAKTIK PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) YANG TIDAK TEPAT DAN PENYAKIT INFEKSI SEBAGAI FAKTOR RISIKO STUNTING PADA ANAK USIA 12-24 BULAN

Latar belakang: Pada tahun 2014, prevalensi stunting di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 41% lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional yaitu 37,2%. Praktik pemberian makanan pendamping ASI, penyakit infeksi, ASI eksklusif, berat badan lahir dan panjang badan lahir diduga berkontribusi terhadap kejadian stunting. Metode: Penelitian ini merupakan studi kasus kontrol. Subjek yaitu anak usia 12-24 bulan yang terdiri dari 58 kasus dan 58 kontrol. Data panjang badan diperoleh dengan menggunakan infantometer. Data praktik pemberian makanan pendamping ASI, riwayat ASI eksklusif, dan riwayat penyakit infeksi diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner terstruktur. Data asupan zat gizi dari MP-ASI diperoleh dengan metode food frequency questionnaires semikuantitatif. Data berat badan lahir dan panjang badan lahir diperoleh melalui buku KIA. Data dianalisis dengan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil: Tidak ada perbedaan jenis kelamin, IMT, pendidikan orang tua antara kelompok kasus dan kontrol (p>0,05). Setelah dikontrol dengan riwayat ASI eksklusif, berat badan lahir, dan panjang badan lahir praktik pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat terutama dari segi kuantitas dan kualitas (OR=8,26; 95% CI: 2,68-25,43), riwayat diare (OR=4,73; 95% CI : 1,08-20,69), riwayat ISPA (OR=5,30; 95% CI : 1,03-27,23) merupakan faktor risiko stunting. Simpulan: Setelah dikontrol dengan berat badan dan panjang badan lahir serta pemberian ASI eksklusif, praktik pemberian MP-ASI yang tidak tepat, riwayat kejadian ISPA dan diare masih merupakan faktor risiko stunting pada anak usia 12-24 bulan