Efek Padat Tebar Tinggi Pada Sistem Budidaya Super Intensif Terhadap Kualitas Lingkungan Yang Mengakibatkan Kerusakan Insang Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei)

Kualitas air adalah salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam usaha budidaya. Kualitas air harus dikelola dengan baik karena air adalah media hidup organisme akuatik. Udang vaname adalah udang introduksi yang cukup diunggulkan di Indonesia dan menjadi komoditi ekspor andalan. Budidaya super intensif dengan tebar yang tinggi dapat menyebabkan penurunan kondisi kualitas air dan dapat merusak jaringan pada udang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kisaran kualitas air tambak udang dengan sistem budidaya super intensif, untuk mengetahui morfologi udang dan untuk mengetahui terjadinya kerusakan jaringan insang pada udang dengan sistem budidaya super intensif. Penelitian ini dimulai dari bulan Oktober 2017 - Januari 2018. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan melakukan pengambilan dan pengumpulan data lapang serta melakukan penyusunan dan analisa data yang telah diperoleh. Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi observasi, wawancara dan partisipasi aktif. Data yang didapat kemudian di analisa dengan menggunakan uji T statistik. Hasil dari penelitian ini adalah dari segi kualitas air, parameter fisika pada tambak A (super intensif) dan B (intensif) berturut-turut didapatkan kisaran suhu 29,90-34,0oC dan 29,95-35,50oC. Kisaran kecerahan pada kedua tambak adalah 12,60-17,50 cm dan 10,50-20,30 cm. parameter kimia pada tambak A dan B berturut-turut didapatkan nilai power of hydrogen (pH) 7,70-9,14 dan 8,20-9,37, nilai oksigen terlarut 2,65-7,05 mg/l dan 2,50-7,20 mg/l, nilai salinitas 20,00-31,00 ppt dan 18,50-25,50 ppt, nilai nitrit 0,23-0,46 mg/l dan 0,22-0,38 mg/l, nilai nitrat 0,61-1,28 mg/l dan 0,40-0,99 mg/l, dan nilai amonia 0,47-1,23 mg/l dan 0,36-0,87 mg/l. Bakteri yang ditemukan pada tambak A adalah Streptococcus anginosus, Staphylococcus sciurim Staphylococcus lentus, dan Providencia stuartii. Untuk nilai survival rate (SR) tambak A sebesar 64,42%, dan tambak B sebesar 65,71%. Nilai tersebut tegolong masih dibawah standar. Hasil uji T parameter kualitas air antara kedua tambak diketahui tidak mengalami perbedaan yang signifikan. Kondisi morfologi udang pada tambak B dalam kondisi yang baik hanya di akhir mengalami penurunan, sedangkan pada tambak A kondisinya berubah-ubah mulai dari usus yang kosong, antena patah, udang mengambang, pergerakan lambat, kaki renang geripis, kaki renang dan ekor berwarna kemerahan, dan nafsu makan menurun sampai terjadi kematian massal. Kerusakan insang pada sampel A1, A2, dan A3 (sampel udang tambak A yang mati) terdapat jenis kerusakan edema, hiperplasia, fusi lamella. Kerusakan insang pada sampel B1, B2, dan B3 (sampel udang tambak A yang hidup sampai panen) terdapat jenis kerusakan edema, hiperplasia, edema dan nekrosis. Kerusakan insang pada sampel K (sampel udang tambak B) terdapat jenis kerusakan berupa edema. Kesimpulkan dari penelitian tersebut bahwa pada sistem budidaya super intensif dengan padat tebar yang tinggi dapat menurunkan kualitas air yaitu terjadinya peningkatan amonia yang menyebabkan kerusakan jaringan insang pada udang vanname. Saran yang dapat disampaikan untuk pembudidaya dengan sistem super intensif untuk selalu mengontrol kondisi kualitas air agar tetap dalam kondisi yang baik