Sistem Pendidikan Tinggi Integrated: kajian terhadap model integrasi pesantren di UIN Maulana Malik Ibrahim

Pada akhir-akhir ini muncul keperihatinan terhadap kualiatas pendidikan tinggi Islam, bahwa lulusan PTAIN/PTAIS agar mampu menyandang gelar ulama yang intelek dan intelek yang ulama sebagaimana yang diharapkan oleh para pendiri PTAIN/PTAIS hasilnya jauh dariharapan. Menurut Imam Suprayogo lembaga pendidikan tinggi islam harus diformat dalam bentuk integrasi antara perguruan tinggi dan pesantren. Tradisi perguruan tinggi dirapkan bisa melahirkan sosok intelek, sedangkan pesantren melahirkan sosok ulama. Pensantren dan perguruan tinggi sebenarnya memiliki akar budaya yang sama, sebagai lembaga keilmuan hanya berbeda dalam lingkungannya. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan: Pertama, apa yang melatarbelakangi integrasi pesantren dan UIN Maliki Malang dan nilai-nilai apa saja yang dapat diambil dari pesantren? Kedua, Bagaimana model Integrasi kelembagaan di UIN Maliki Malang. Jenis Penelitian ini adalah penelitian fenomenologi. Teknik pengumpulan datanya: observasi, interview, dan dokumentasi, sedangkan teknik analisi datanya deskriptif dengan tiga jalur reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan: Pertama, Integrasi Ma'had Sunan Ampel Al-Ali dan UIN Maliki Malang dilatarbelakangi oleh rendahnya pengetahuan agama Islam dikalangan mahasiswa PTAI (khususnya d/h STAIN Malang) yang salah satu sebabnya adalah lemahnya penguasaan bahasa Arab.Kedua, dalam rangka pengembangan integrasi ilmu dan agama, secara kelembagaan UIN Maliki Malang mengintegrasikan universitas dan ma'had, serta ditambah dengan penguatan masjid dan kelembagan-kelembagaan terkait, seperti PKPBA/I. PKSI, HTQ, LKQS, Kajian Tarbiyah Ulul Albab, Lembaga Penerbitan, Kajian Zakat dan Wakaf, Lembaga Jaminan Mutu