RELASI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (Menabrak Tafsir Teks, Menakar Realitas)

Istilah jender dianggap sebagai diferensiasi pria-wanita.<br />Perbedaan ini muncul karena realitas budaya yang dibangun<br />oleh masyarakat. Konsep ini bertentangan dengan seks, yang<br />membedakan istilah pria-wanita secara biologis. Dengan<br />demikian, perbedaan seks adalah konstruksi Allah, dan tidak<br />dapat dikaji kembali. Di sisi lain, perbedaan jender adalah<br />konstruksi sosial dan dapat dikaji kembali (qâbil li al- niqasy).<br />Oleh karena itu, konsep relasi pria-wanita selalu<br />diperdebatkan dalam hal baik dalam studi teks atau dalam<br />konteks realitas di masyarakat. Artikel ini menguraikan<br />pembentukan relasi pria-wanita dari perspektif teks,<br />konstruksi budaya dan hari ini realitasnya. Dalam konteks ini,<br />banyak tafsiran terhadap teks-teks sumber hukum Islam (al-<br />Qur`an dan al-Hadits) justru menguatkan budaya patrilineal.<br />Tradisi yang bias jender ini mengakar kuat dalam masyarakat.<br />Walaupun demikian, hal yang tidak bisa diingkari adalah<br />perubahan realitas. Saat ini mulai tampak bahwa peran-peran<br />yang secara budaya dikonsepsikan untuk laki-laki justru<br />dilakukan oleh perempuan. Fenomena ini merupakan wujud<br />perubahan realitas, yang akan memunculkan budaya baru<br />yang egaliter