PENGARUH BUDAYA MARITIM PADA RAGAM HIAS ARSITEKTUR VERNAKULAR ALANG DI TORAJA UTARA SULAWESI SELATAN

Kekayaan ragam hias motif Toraja yang sangat beragam merupakan bukti adanya hubungan budaya antara Toraja dengan budaya dari luar Toraja. Salah satu motif hias utama yang diukirkan pada dinding bangunan arsitektur vernalkular Buntu Pune di Toraja adalah motif hias matahari bersinar, atau yang lebih dikenal sebagai Pa???barre Allo. Motif ini biasanya ditempatkan pada bagian tadah angin, di depan dan belakang (utara-selatan). Motif hias pa???barre allo memiliki kesamaan dengan motif yang diukirkan pada gendang perunggu Dongson yang dibuat sekitar 2500 tahun yang lalu. \ud Temuan ini menjadikan posisi Toraja sangat penting dalam lintas budaya, terutama untuk mengungkap persebaran dan bentuk-bentuk kebudayaan Austronesia di wilayah daratan Sulawesi pada khususnya, dan nusantara pada umumnya. Mengingat Toraja hingga saat ini masih bertahan dan mempertahankan bentuk-bentuk budaya warisan leluhur mereka yang sangat identik dengan kebudayaan Austronesia. Salah satu wujud dari kebudayaan Austronesia adalah budaya kemaritiman, yang berdasarkan penelitian ini jejaknya dapat ditemukan pula pada ragam hias pada bangunan arsitektur vernakular Buntu Pune Toraja.\ud Motif ragam hias pada bangunan arsitektural vernakuler Buntu Pune Toraja yang memperlihatkan jejak budaya kemaritiman yaitu; motif hias pilin atau pilin berganda yang menyerupai huruf S, meander yang meyerupai kail dan swastika yang merupakan lambang peredaran matahari. Keberadaan motif tersebut, menjadi penanda adanya pengaruh budaya maritim dari Tongking Indo-Cina ke kebudayaan masyarakat Toraja yang secara geografis berada di daerah ketinggian dan secara lokasional di pedalaman. Hal ini semakin memperkuat bahwa kemaritiman sebagai aktifitas budaya bukan hanya di daerah pesisir pantai saja namun juga meliputi wilayah pedalaman. Kemaritiman sebagai aktifitas pelayaran dan perdagangan pun tetap tidak dapat melepaskan dari dari pedalaman karena komoditi yang diperdagangkan berasal dari daerah pedalaman. Adanya motif hias bercorak kemaritiman bukan hanya terkait dengan aspek asal usul nenek moyang Toraja yang dipercayai mempergunakan perahu pada saat mereka datang ke wilayah ini, tetapi juga sebagai bukti adanya interaksi antara budaya maritim dan budaya agraris. \ud Kemaritiman sebagai bagian sejarah bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari jejak budaya kebaharian yang telah berlangsung sejak sebelum lahirnya Indonesia sebagai negara, sejak wilayah ini dikenal dengan istilah Nusantara, bahkan sejak masa prasejarah. Tinggalan arkeologi dari fase prasejarah di Nusantara memperlihatkan corak budaya bahari yang juga merefleksikan aktifitas kemaritiman. Tinggalan arkeologi menjadi menjadi fakta sejarah budaya bahari di Nusantara telah berlangsung lama, mulai dari periode prasejarah dan berlanjut pada masa sejarah, termasuk yang terdapat di Toraja.\ud Kemaritiman menjadi pergulatan identitas bangsa Indonesia yang tidak berkesudahan terus diartikulasikan sesuai dengan ???kepentingan???, dikontruksi melalui sistem representasi yang terikat pada relasi kuasa yang berperan dalam proses artikulasi tersebut. Pada akhirnya justru mengaburkan esensi dari konsep budaya bahari dan nilai-nilai kemaritiman. Penguatan identitas budaya bahari dan nilai-nilai kemaritiman seharusnya berdampak pada keberhasilan bangsa Indonesia dalam mencapai kejayaan maritim di era kekinian, namun sampai sekarang belum berhasil dicapai. Nilai-nilai kemaritiman yang menjungjung tinggi kompetensi, seperti terartikulasikan dalam konteks pelaut yang memiliki kompetensi terbaik yang menjadi Nakhoda, justru tidak hadir dalam kerangka pengembangan kemaritiman di era sekarang. \ud Upaya ???pengembalian??? nilai budaya bahari dan kejayaan kemaritiman Nusantara berputar dalam tataran jargon-jargon semata. Kebahagian sesaat pada prosesi peresmian atau perayaan ketika pendeklarasian kemaritiman. Bahari dan maritim menjadi pergulatan identitas yang terjebak menjadi komoditi para pemilik kekuasaan untuk melangengkan kekuasaannya, yang membuai rakyat akan romantisme sejarah kejayaan maritim Nusantara. Bahari sebagai budaya bangsa akhirnya sebatas angan-angan semua, demikian pula kejayaan maritim tetap menjadi bagian sejarah kejayaan Nusantara di masa lalu. Padahal hakekat dari membangun kejayaan maritim adalah dengan menyandarkan pada konsep budaya bahari, yaitu mengembangkan laut tapi tetap tidak melupakan daratan. \ud Nusantara berjaya kemaritimannya, menguasai jalur pelayaran dan perdagangan, karena ada komoditi yang dapat diperjualbelikan, dan komoditi itu terdapat di daratan. Rempah-rempah dan komoditi perdagangan lainnya berada di daratan dan tentu agar pelayaran dan perdagangan di jalur maritim terjaga keberlangsungannya, daratan pun tetap harus diperhatikan dan dikembangkan. Kebaharian dan kemaritiman adalah konsep pembangunan keberlanjutan yang memadukan potensi di darat serta laut yang serasi dan selaras. Adanya motif hias yang mendapat pengaruh budaya maritim di bangunan vernakular ini dapat dikatakan sebagai bentuk keselarasan budaya maritim dan agraris, dalam artian, laut tidak dapat dipisahkan dari daratan dan demikian pula sebaliknya.ABSTRAK\ud Ragam hias adalah suatu karya seni tradisi di Indonesia yang sudah berkembang sejak jaman prasejarah ketika manusia belum mengenal tulisan. Secara fungsional, masyarakat seringkali menggunakan ragam hias sebagai penambah keindahan suatu benda atau sebagai simbolisasi yang memiliki nilai-nilai tertentu berdasarkan adat istiadat, kepercayaan, dan sistem sosial masyarakatnya. \ud Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh budaya maritim terhadap motif ragam hias yang terdapat pada arsitektur vernakular alang di Toraja Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan adalah metode arkeologi dimulai dari melakukan survey dan observasi lapangan, kemudian mengidentifikasi motif-motif ragam hias yang ditemukan pada arsitektur vernakular alang, dan akhirnya mengklasifikasi yaitu mempersentasekan tingkat kecenderungan perwatakan masing-masing motif ragam hias tersebut. Klasifikasi inilah yang selanjutnya digunakan untuk menentukan ada atau tidak bentuk pengaruh budaya maritim. \ud Hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam hias arsitektur vernakular alang yang menggunakan berbagai motif yaitu motif geometris, motif flora, motif fauna, dan motif benda-benda alam, telah mendapat berbagai pengaruh budaya termasuk pengaruh budaya maritim. Pengaruh tersebut terproyeksikan dalam dimensi bentuk, dimensi gaya dan dimensi teknologi. Hasil penelitian ini sangat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan seni budaya, juga menjadi bahan masukan bagi masyarakat untuk memahami pengaruh budaya maritim serta dapat membantu Pemerintah dalam melestarikan benda cagar budaya demi kepentingan pariwisata