Korelasi Antara Body Dissatisfaction dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi Universitas X

Phares (dalam Rombe, 2014) mengungkapkan remaja putri cenderung memiliki perilaku berbelanja yang lebih tinggi dari pada remaja pria. Remaja putri berusia antara 16 sampai 20 tahun membelanjakan uangnya lebih banyak untuk keperluan penunjang penampilan (Reynold et al., 1973). Adanya keinginan untuk selalu menunjukkan bahwa mereka selalu mengikuti mode yang tengah beredar, akhirnya membuat remaja kebanyakan membelanjakan uangnya untuk menunjang penampilan mereka supaya terlihat lebih menarik. Adanya perasaan tidak puas dengan penampilan dirinya akan sulit untuk menerima dirinya sendiri (Rombe, 2014). Perasaan kurang puas terhadap tubuh remaja ini yang disebut dengan body dissatisfaction. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara body dissatisfaction dengan perilaku konsumtif pada remaja. Subjek penelitian (N=100) adalah mahasiswi Universitas Surabaya yang berusia 18-20 tahun. Teknik pengambilan sampel akan dilakukan dengan menggunakan teknik Incidental Sampling, yaitu peneliti mengambil individu sebagai sampel atas dasar kebetulan yang disesuaikan dengan karakteristik populasi. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional dengan menggunakan uji analisis regresi linier untuk menguji hubungan kedua variabel, yaitu body dissatisfaction dengan perilaku konsumtif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku konsumtif dan body dissatisfaction pada remaja putri (p = 0.000). Sumbangan efektif yang diberikan pada penelitian ini adalah 33%. Adanya rasa tidak puas pada diri remaja tersebut memengaruhi remaja untuk menjadi konsumtif pada penampilan mereka, sehingga mereka semakin boros dalam pengeluaran uang sakunya untuk keperluan menunjang penampilan diri