KONSEP MANUNGGALING KAWULA-GUSTI DALAM SERAT SITIDJENAR KARYA RADEN SASRAWIDJAJA

Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang inklusif. Artinya mereka dapat menerima hal-hat yang baru masuk dalam lingkungannya selama tidak rnemasung perkembangan kebudayaan leluhur yang telah mereka anut sejak lama. [slam sebagai hal baru yang datang di tengah masyarakat Jawa rupanya dapat diterima dengan baik oleh mereka. Namun hanya ajaran Islam yang telah dipadukan dengan kearifan lokal masyarakat Jawalah yang dapat diterima oleh mereka. Sebab masyarakat Jawa merupakan kelompok masyarakat yang memegang teguh tradisi Jeluhur. Syaikh Siti Jenar sebagai salah satu tokoh penyebar fslam di Jawa merupakan icon perubahan masyarakat Jawa. Islam yang diajarkanya kepada mereka rupanya mampun rnenarik perhatian mereka. Ajaran yang disampaikannya mampu merubah keyakinan Hinduisme-Buddhisme yang telah lama mereka anut menjadi keyakinan baru Islam. Sedangkan lslam yang diajarkannya merupakan perpaduan inti ajaran Islam yang mengarah pada konsep penyatuan hamba dengan Tuhannya atau disebut manunggaling kawula-gusti dengan kearifan masyarakat Jawa yang telah meyakini adanya Sungkun Paraning Dunwdi yang manunggal dengan hamba-Nya . Sehingga masyarakat Jawa tidak canggung lagi untuk memeluk Islam sebagai agama baru. Raden Sasrawidjaja sebagai salah satu penggagas sejarah Jawa merasa terpanggil untuk menuliskan konsep ajaran yang disampaikan oleh Syaikh Siti Jenar. Untuk itulah ia menulis sebuah buku dengan judul SeruL Sitidjenar yang mana dalam sera/ ini ia berusaha untuk memaparkan sejarah dan ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Syaikh Siti Jenar. Namun rupanya ajaran tersebut menuai banyak kontroversi. Meskipun demikian, hal ini tidak mengurangi minai untuk memaparkan sejarah secara subyektif. Rupanya konsep mammggaling kawula-gusti yang disampaikan oleh Syaikh Siti Jenar banyak mengadopsi pemikiran Ibn 'Arabi tentang wa 1dah al­ wujLid dan al-Hallaj tentang wtll;dah til-udyiin. Namun demikian apa yang disampaikannya tetap memiliki suatu karakteristik yang telah dipadukan dengan kearifan lokal Jawa. Karena itulah ajarannya banyak menuai kontroversi dengan banyaknya klaim yang ditujukan kepadanya bahwa ajarannya merupakan ajaran atheisme. Padahal inti ajaran Islam yang hendak disampaikan olehnya adalah konsep penyatuan hamba dengan Tuhannya sebagai realisasi dari konsep penciptaan manusia sebagai insan kamil yang memi!iki hakikat taja/!i Tuhannya, namun tetap menjadi manusia biasa yang memiliki aktivitas manusiawi. Radt:.l Sasrawidjaja dalam penjabarannya rupanya tidak hanya rnenjabarkan konsep mammgga/ing kcrwula-gusti yang disampaikan oleh Syaikh Siti Jenar, namun ia juga menjabarkan ajaran-ajaran yang dipahami dan diyakini oleh murid-muridnya, yang mana da!am realitasnya banyak terdapat penyimpangan yang terdapat dalam ajaran kemammggalan yang disampaikan Syaikh Siti Jenar kepada murid-muridnya. Untuk itu perlu adanya analisis yang mendalam untuk memahami konsep mallungga/ing kmvula-gusti sebagai konsep keislaman yang universal. Demikian pula hendaknya perlu dicermati ajaran Islam inklusif yang mampu mendorong manusia untuk memaksimalkan potensi diriny