JILBAB DAN CADAR MUSLIMAH MENURUT AL-QUR’AN DAN SUNNAH (STUDI PERBANDINGAN ATAS PEMIKIRAN AL-ALBANIY DAN AL-‘USAIMIN)

Dalam sejarah umat manusia, Islam telah berjasa dengan mengangkat derajat para wanita dan memuliakannya dalam kehidupan bermasyarakat. Diantara pemuliaan Islam terhadap wanita adalah dengan disyari'atkannya jilbab bagi muslimah. Begitu berharganya muslimah, sehingga Allah Ta'ala tidak mengijinkan mereka (muslimah) menampakkan auratnya di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya. Namun sangat disayangkan, sebagian muslimah saat ini justru menanggalkan apa yang seharusnya menjadi pembungkus keindahan tubuhnya yakni jilbab. Di antara muslimah ini tidak menyadari bahwa dengan membuka jilbab, maka ia telah memberikan kesempatan pada lawan jenisnya untuk dapat menikmati kecantikannya. Merupakan suatu hal yang sangat ironis bahwa wanita tersebut justru merasa bangga ketika ada laki-laki yang mengagumi auratnya yang terbuka. Sungguh merupakan suatu kondisi yang mengherankan yang terjadi di kalangan umat Islam sendiri, yakni mereka menganggap aneh orang-orang (baca: muslimah) yang menutup auratnya dengan rapat. Bahkan diantara mereka mengklaim bahwa jilbab -yang menutup seluruh tubuh wanita-adalah tradisi yang sudah tidak lagi sesuai dengan zaman. Muslimah yang mengenakan tutup muka (cadar) dikatakan sebagai pelaku bid’ah atau sikap berlebihan terhadap agama. Melihat kondisi masyarakat yang meprihatinkan seperti tersebut di atas, maka dalam skripsi ini penulis berusaha menjawab salah satu problematika umat itu (khususnya masalah jilbab) dengan melakukan perbandingan atas pemikiran dua ulama' salaf, yakni Muhammad Na§iruddTn al-Albaniy dan Muhammad bin $alih al-'Usaimln. Dalam membahas masalah jilbab, kedua ulama ini sangat menekankan tentang hukum mengenakan penutup wajah atau cadar bagi muslimah, bahkan tampak dalam pembahasannya yang cenderung lebih banyak berbicara masalah cadar dari pada masalah jilbab itu sendiri. Sehingga dalam skripsi inipun akan tampak bahwa peneliti lebih banyak berbicara masaalah cadar dari pada masalah jilbab. Lebih lanjut Al-Albaniy dalam pembahasannya tentang jilbab muslimah membuat syarat dan kriteria jilbab yang sesuai dengan al-Qur'an dan Sunnah. Adapun tentang cadar, al-Albaniy berpendapat bahwa memakai cadar (tutup muka) bagi wanita adalah sesuatu yang disyari'atkan dan telah dieontohkan oleh para istri Rasulullan saw. Mengenai hukum mengenakannya adalah sunnah dan mustuhcib dan tidak sampai pada hukum wajib secara mutlak. Lain halnya dengan al-Albaniy, al-’Usaimln berpendapat bahwa cadar adalah sesuatu yang wajib dikenakan oleh seorang muslimah ketika berhadapan dengan laki-laki yang bukan mahramnya atau ketika keluar dari tempat tinggalnya. Menurut al-'Usaimln, tidak layak bagi seorang muslimah menutupkan jilbabnya hingga kedadanya namun membiarkan wajahnya tetap terbuka. Hal ini disebabkan karena wajah adalah sumber dari segala kecantikan dan dapat menimbulkan fitnah. Dalam hal kriteria jilbab muslimah secara umum, al-'Usaimln sependapat dengan pemikiran al-Albaniy. Artinya, jilbab harus berfungsi sebagai penutup aurat secara sempurna sehingga tidak tampak lekuk tubuh pemakainya, dan jilbab bukan sebagai perhiasan sehingga lebih menarik lawan jenisnya