TARIKAT TUANIYAH DALAM INTERAKSI SOSIAL KEMASYARAKATAN DI PESANTREN BUNTET MERTAPADA KULON ASTANAJAPURA CIREBON

Dunia tasawuf yang bersifat praktis dalam bentuk aliran tarikat belakangan ini mulai digemari oleh masyarakat. Termasuk di antaranya adalah Tarikat I'ijaniyah yang didirikan oleh Abu ‘Abbas Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar al-Tijani, lahir di ‘Ain Madi pada tahun 1150 H (1737/1738 M). Aliran tarikat ini pernah mendapatkan perhatian khusus dari pemerhati tarikat, karena beberapa ajarannya dianggap sesat dan menimbulkan kontroversi. Tarikat Tijaniyah tersiar ke seluruh wilayah dunia Islam, dan sampai pula ke Indonesia. Di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, Tarikat Tijaniyah baru muncul sekitar tahun 1920-an, yang disebarkan oleh Syeikh ‘All ibn ‘Abdillah al-Tayyib al-Azhari, pengembara kelahiran Mekkah. Namun, ada satu sumber lain yang mengatakan bahwa Tarikat Tijaniyah datang ke Indonesia, (tepatnya di Pesantren Buntet Desa Mertapada Kulon Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon) dibawa oleh K.H. Anas sepulang dari ibadah haji. K.H. Anas dibaiat menjadi pengikut Tarikat Tijaniyah oleh seorang guru di Masjidil Haram, yaitu Syeikh Alfa HashTm. Ajaran serta aturan yang ditawarkan Tarikat Tijaniyah sangat mudah untuk diamalkan, terdiri dari beberapa wirid, yaitu istighfar, salawat dan tahlil (masing-masing dibaca 100 kali) yang dilaksanakan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi serta sore hari. Selanjutnya untuk memperoleh kejelasan rumusan dari penilitian ini, maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian lapangan, dengan mengumpulkan data melalui observasi, interview dan dokumentasi. Di samping itu, diterapkan pula penelitian pustaka, dengan proses pencarian serta penelusuran buku-buku, artikel dan hasil skripsi yang berkaitan dengan pembahasan. Setelah semua data terkumpul, maka data diolah dengan langkah sebagai berikut: Deskriptif, yaitu memaparkan semua yang berhubungan dengan Tarikat Tijaniyah, dan Analitik, yaitu mengupas dan menganalisis pemikiran-pemikiran yang dianggap penting dari Tarikat Tijaniyah. Kemudian, karena membahas pula aspek dari sejarah Tarikat, maka digunakan pendekatan Historis dengan memakai data masa lalu melalui teks tertulis, observasi dan komunikasi langsung dengan sumber data ataupun komunikasi tidak langsung. Sedangkan untuk melihat kondisi sosial masyarakat serta para pengikut tarikat, maka dipakailah pendekatan Sosiologis. Di samping sebagai gerakan keagamaan yang melayani kebutuhan spiritualitas masyarakat, Tarikat Tijaniyah juga menjadi wahana untuk menampung setiap problem kehidupan masyarakat, baik yang berhubungan dengan pekerjaan, keluarga ataupun dengan urusan jodoh. Tarikat Tijaniyah menjadi terapi mental atas kedangkalan bathin masyarakat di Pesantren Buntet dari setiap tantangan perubahan sosial melalui latihan-latihan ruhaniah. Tarikat ini mampu memadukan nilai-nilai kehidupan dunia dan akhirat yang seimbang sehingga terpenuhinya kepuasan jasmani dan rohani. Implikasi sosialnya, Tarikat Tijaniyah di Pesantren Buntet mampu menjadi "tabib sosial" yang dapat memberikan solusi bagi persoalan-persoalan rumit masyarakat dengan bekal-bekal pengajaran agama yang kental dan rasa persaudaraan yang erat. Satu pelajaran penting yang patut kiranya kita resapi maknanya, bahwa walaupun pada awal kemunculannya mendapat kecaman yang begitu keras, tetapi aliran tarikat ini tetap menganyomi masyarakat dengan penuh rasa pengabdian yang tulus