Gaya Kepemimpinan Pada Pondok Pesantren Ibnul Amin Pemangkih Dan Pondok Pesantren Modern Darul Istiqamah Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Kepemimpinan dalam organisasi merupakan pemegang kemudi organisasi dalam menjalankan eksistensinya. Berkembang atau merosotnya organisasi sebagian besar tergantung kepada pemimpinnya, oleh karena itu penggunaan gaya kepemimpinan yang sesuai akan memberikan dampak positif bagi organisasi baik proses maupun hasil.\ud Adapun tujuan penelitian ini Pertama, untuk mengetahui gaya kepemimpinan Pondok Pesantren Ibnul Amin Pemangkih dan Pondok Pesantren Modern Darul Istiqamah Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Kedua, apa yang melatarbelakangi gaya kepemimpinan ke-dua Pondok Pesantren\ud Penelitian ini menggunankan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian lapangan (field research). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun subjek penelitian adalah pengasuh, ustadz, dan staf pondok pesantren. Setelah data diperoleh kemudian dianalisis kemudian dicek keabsahan data dengan cara trianggulasi sumber dan teknik. Dalam penelitian ini peneliti membatasi lingkup gaya kepemimpinan yang diteliti, yaitu diambil dari: (1) Pengambilan keputusan, (2) Pendelegasian wewenang, (3) Menentukan visi dan misi, (4) Membangun komunikasi, (5) Memberikan motivasi, dan (6) Memberdayakan bawahan. Adapun hasil yang ditemukan dari penelitian ini yaitu: (1) Gaya kepemimpinan pondok pesantren Ibnul Amin Pemangkih adalah partisipatif, demokratis, dan paternalistik, (2) Gaya kepemimpinan yang diterapkan pengasuh pondok pesantren modern Darul Istiqamah Barabai adalah partisipatif, demokratis, dan paternalistik. Meskipun gaya kepemimpinannya sama, tetapi terdapat perbedaan pada luas ruang lingkup gaya kepemimpinan yang diterapkan, (3) Latar belakang dari gaya kepemimpinan partisipatif, demokratis, dan paternalistik adalah tingkat partisipasi bawahan dalam menetapkan keputusan, penggunaan wewenang, dan pemberdayaan bawahan dengan peluang dan kesempatan yang sama rata. Sementara itu, gaya paternalistik karena tidak adanya keikutsertaan bawahan dalam penentuan visi dan misi serta masih membutuhkan motivasi dan bimbingan pengasuh dalam menjalankan tugas. Adapun gaya demokratis muncul karena komunikasi yang terjalin secara dua arah baik formal maupun informal