PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK LOKAL LUMPIA Dl SEMARANG

Makanan tradisional merupakan bagian dari budaya. Indonesia terdiri atas banyak bangsa dengan budaya yang berbeda, sehingga makanan-makanan tradisional di Indonesia juga sangat bervariasi. Bahkan banyak sekali makanan-makanan tradisional yang berasal dari budaya Indonesia asli maupun yang diadopsi dari bangsa-bangsa lain baik dengan budaya barat maupun timur. Lumpia (spring roll) merupakan salah satu makanan tradisional berisi irisan rebung bambu bersama dengan daging, udang, dan telur ayam yang dibalut dengan adonan tipis tepung terigu. Penelitian dilakukan dengan pengumpulan data berupa gabungan antara metoda kuisioner dan metoda wawancara pada tiga daerah sentra produksi, yaitu jalan MT. Haryono, jalan Pandanaran, dan Pecinan. Jumlah responden dalam tiap daerah sentra produksi adalah sebanyak 60 responden yang tersebar di setiap daerah sentra produksi. Responden berasal dari tingkat usia, jenis kelamin, etnis yang beragam. Penelitian menggunakan metode Convannian Sampling yaitu responden adalah orang yang kebetulan ditemui saat penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui preferensi konsumen lumpia di kota Semarang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan para produsen lumpia dapat bertahan bahkan berkembang di kota Semarang. Hasil survei menunjukkan lumpia sebagai makanan khas Semarang ternyata tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat Semarang saja, tetapi juga dikonsumsi oleh masyarakat yang berasal dari luar kota Semarang. Responden dari kota Semarang umumnya membeli lumpia untuk konsumsi sendiri. Sedangkan responden dari luar kota membeli lumpia selain untuk konsumsi sendiri juga sebagai oleh-oleh. Alasan utama konsumen membeli lumpia adalah oleh karena rasa lumpia itu sendiri. Dalam hal ini terjadi konsistensi dimana pada tingkat rasa, aroma, dan kerenyahan, sebagian besar preferensi konsumen cukup tinggi (sekitar 90%). Umur simpan lumpia menurut para konsumen berdasarkan sentra produksi umumnya berkisar antara satu sampai dua hari. Umur simpan lumpia sangat dipengaruhi oleh jenis lumpia. Lumpia goreng mempunyai daya tahan yang relatif lebih lama dibanding lumpia basah. Daya tahan yang kurang disebabkan pada lumpia basah terdapat kadar air yang tinggi, sehingga lebih mudah mengalami kontaminasi mikroba. Meskipun lumpia goreng mempunyai daya tahan yang relatif lebih lama dibanding lumpia basah, bukan berarti lumpia goreng mempunyai daya tahan yang lama. Daya tahan yang kurang disebabkan pada lumpia goreng terjadi reaksi degradasi yang bervariasi, seperti reaksi oksidasi, hidrolisis, oksidasi thermal, dan polimerasi thermal, yang mengakibatkan lumpia lebih mudah menjadi tengik. Umur simpan lumpia goreng sangat dipengaruhi oleh stabilitas minyak dalam proses penggorenga