Metode bimbingan dan konseling Islam dalam menanamkan kedisiplinan shalat dhuha pada anak hiperaktif di MI Nurul Islam Ngaliyan Semarang

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya peran guru dalam rangka menumbuh kembangkan sifat dan sikap disiplin shalat dhuha pada anak hiperaktif. Sebagai rumusan masalah: Bagaimana karakteristik anak hiperaktif di MI Nurul Islam Ngaliyan Semarang?. Bagaimana metode bimbingan dan konseling islam dalam menanamkan kedisiplinan shalat dhuha pada anak hiperaktif di MI Nurul Islam Ngaliyan Semarang ?. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan teori pemikiran dalam menanamkan kedisiplinan shalat dhuha pada anak hiperaktif dengan pendekatan metode bimbingan dan konseling Islam. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan sumber data primer adalah sumber data utama tentang sinergitas kinerja wali kelas dan guru bimbingan konseling dalam menanamkan kedisiplinan shalat dhuha pada anak hiperaktif. Dan sumber data sekunder yaitu data pendukung yang terkait dengan sinergitas kinerja wali kelas dan guru bimbingan konseling yang ada di MI Nurul Islam Ngaliyan Semarang. Metode pengumpulan data yang dipakai yaitu observasi, dokumentasi, wawancara. Sedangkan teknik analisis yang digunakan menurut Miles dan Huberman yaitu reduksi data, model data, kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah: 1. Terdapat tiga anak hiperaktif di MI Nurul Islam Ngaliyan Semarang. Pertama, berinisial“ H”, dari segi kedisiplinan shalat dhuha sudah dilakukan dengan baik. sedangkan karakteristik anak berinisial “H” yaitu anak yang sangat aktif, sering jalan kesana-kesini, bayak bicara, dan susah konsentrasi. Kedua, berinisial ”A”, dari segi kedisiplinan shalat dhuha sudah baik. Sedangkan karakteristik anak berinisial “A” yaitu anak yang tidak bisa diam, selalu mengganggu teman, tidak sabar menunggu giliran dan susah untuk memusatkan kefokusan. Ketiga, berinisial “Y” dari segi kedisiplinan shalat dhuha sudah cukup baik. sedangkan karakteristik anak berinisial “Y” yaitu sulit dikendalikan, tidak bisa diam, suka menentang dan sesuka hatinya (impulsif). Anak hiperaktif mengandung arti lebih mendalam dari sekedar sebagai tingkah laku yang sangat aktif. 2. Bentuk metode bimbingan dan konseling islam dalam menanamkan kedisiplinan shalat dhuha pada anak hiperaktif menggunakan empat metode yaitu pertama dengan metode pembiasaan, kedua dengan metode tauladan, ketiga dengan metode nasehat (motivasi), dan keempat dengan metode pengawasan ketika shalat dhuha berjamaah berlangsung