Pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam dan implikasinya terhadap kecerdasan emosional anak tuna netra di SLB ABC SWADAYA Kendal

Latar belakang penelitian ini adalah pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam anak tunanetra di SLB ABC SWADAYA Kendal sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar, oleh karena itu peranan guru pembimbing dalam melaksanakan bimbingan dan konseling Islam sangat penting dalam rangka mengefektifkan tujuan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kecerdasan emosional anak tunanetra. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang orang lain (empati), dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis. Proses pengumpulan data peneliti menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber data peneliti dalam penelitian ini adalah sumber data primer, yakni dari guru bimbingan dan konseling Islam dan siswa (anak tunanetra), dan sumber data sekunder dari buku serta literature. Analisis data penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis model Milles dan Huberman meliputi reduksi data, display data, pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1). Pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam anak tunanetra di SLB ABC SWADAYA Kendal dilakukan secara rutin setiap hari jam 07.30-08.30. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode langsung dan tidak langsung, selain menggunakan kedua metode tersebut guru pembimbing juga menggunakan metode bina mandiri. Metode ini digunakan agar anak mampu menggunakan kemampuannya sendiri serta mendidik anak untuk lebih mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari yang dilakukannya. Adapun materi pokok dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam dalam membantu mengembangkan kecerdasan emosional anak di SLB BC SWADAYA Kendal antara lain: pemahaman tentang emosi dan prasangka, pengaturan dan penggunaan waktu yang efektif untuk belajar, kegiatan sehari-hari dan waktu senggang, pengembangan tentang karir ke depan, pemahaman tentang pilihan persiapan memasuki pendidikan lanjut. 2). Implikasi bimbingan dan konseling Islam terhadap kecerdasan emosional anak tunanetra antara lain : a). Kemampuan anak tunanetra untuk memahami dirinya. b). Melatih anak tunanetra mengendalikan diri yakni belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan masyarakat. c). Guru bimbingan dan konseling Islam melatih kemampuan anak tunanetra untuk memotivasi dirinya ketika menghadapi hambatan. d). Guru bimbingan dan konseling Islam melatih anak tunanetra untuk berempati. e). Guru bimbingan dan konseling Islam membantu anak tunanetra untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain