PENANGANAN FENOMENA CYBERBULLYING DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA (STUDI TERHADAP SISWA KELAS X MAN YOGYAKARTA III)

Latar belakang penelitian ini berawal dari permasalahan tentang terjadinya fenomena bullying di media sosial yang semakin marak di kalangan remaja. Ketidaktahuan para remaja dan orang tua telah menjadikan fenomena cyberbullying tidak lagi terkontrol. Menyadari kondisi tersebut, perlu adanya solusi konkret dan berkelanjutan yang dapat mengantisipasi adanya fenomena cyberbullying. Dalam hal ini, pembentukan akhlak sangat dibutuhkan guna memperbaiki berbagai macam dampak negatif yang dihasilkan oleh fenomena cyberbullying dan untuk mengantisipasi adanya fenomena cyberbullying di kalangan remaja. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana upaya penanganan cyberbullying dalam pembentukan akhlak siswa kelas X MAN Yogyakarta III. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan mengambil latar MAN Yogyakarta III. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi, wawancara dan angket/questioner. Analisis data dilakukan dengan cara merangkum data yang sudah diperoleh dan menarik kesimpulan dari hasil analisis data yang telah diperoleh. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan mengunakan teknik triangulasi, triangulasi yang digunakan dalam peneltian ini adalah dengan triangulasi sumber dan metode. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Bentuk-bentuk fenomena cyberbullying yang terjadi di MAN Yogyakarta III adalah direct attack, posted and public attacks, flamming, denigration, dan trolling. 2) Dampak negatif cyberbullying dalam pembentukan akhlak siswa yaitu: siswa lebih pendiam, sulit berkomunikasi, sering mencari kesalahan diri, menutup diri, merasa selalu bersalah, sulit beradaptasi, minder, egois, mudah emosi dan menjadi pendendam. 3) Beberapa upaya penanganan yang dilakukan oleh guru MAN Yogyakarta III yaitu: memberikan pengarahan dan pemahaman tentang cyberbullying, memberikan sosialisasi penggunaan smartphone, melakukan bimbingan konseling, menyisipkan nasehat dan motivasi ketika pembelajaran di kelas. Ada dua upaya yang dilakukan MAYOGA yaitu: oleh guru BK dilakukan obervasi, jika ditemukan kasus maka diberikan konseling dan guru BK melakukan monitoring apakah ada kemajuan dari proses konseling yang dilakukan dan oleh guru Akidah Akhlak dengan melakukan pendekatan terhadap siswa dan kemudian diberikan nasehat serta motivasi agar siswa tidak melakukan hal yang sama lagi