Analisis perancangan arsitektur strategik pt citra busana indonesia

Dalam dunia mode, pergantian atau perubahan mode berlangsung dalam waktu yang cepat. Mode selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaan masyarakat dan bersifat dinamis serta berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu. Perubahan tersebut disebabkan adanya pengaruh politik, sosial, ekonomi, dan psikologis masyarakat. Saat ini, busana muslim tidak hanya sebagai simbol ketaatan beragama, tetapi sudah menjadi bagian dari industri mode. Perkembangan ini dipengaruhi oleh pola pikir masyarakat yang mulai berubah dan menyadari akan berbusana sesuai dengan aturan Islam. Sentuhan fashion dapat memberikan nilai tambah yang mampu meningkatkan harga dan mempercepat daur produk yang menyebabkan perputaran uang di industri ini menjadi semakin cepat. PT Citra Busana Indonesia (PT. CBI) merupakan produsen busana muslim yang mempunyai merek dagang Ranti. Produk Ranti memiliki ciri khas bordir untuk setiap busananya. Persaingan dalam industri fashion mendorong PT. CBI untuk mempercepat laju perputaran produksi sehingga dapat mengikuti perkembangan tren fashion yang sedang berjalan. Kecenderungan persaingan yang semakin meningkat dalam industri ini menyebabkan PT. CBI perlu menetapkan suatu tujuan masa depan berdasarkan kompetensi. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis dan membuat suatu rancangan arsitektur strategik perusahaan untuk menghadapi proses transformasi dan tantangan masa depan dalam industri fashion busana muslim Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan tiga masalah spesifik yang dihadapi PT. CBI, yaitu (1) Bagaimana kondisi lingkungan industri fashion busana muslim mempengaruhi tingkat persaingan dan tren fashion, (2) Bagaimana kondisi lingkungan internal PT. CBI saat ini yang dapat menjadi kompetensi dalam memanfaatkan peluang di masa depan, dan (3) Bagaimana merancang industri masa depan PT. CBI melalui arsitektur strategik untuk mewujudkan visi perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis kondisi lingkungan industri fashion busana muslim dalam mempengaruhi tingkat persaingan dan tren fashion, (2) Menganalisis kondisi lingkungan internal PT. CBI saat ini yang dapat menjadi kompetensi untuk dikembangkan di masa yang akan datang, dan (3) Merancang industri masa depan PT. CBI melalui arsitektur strategik untuk mewujudkan visi perusahaan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus. Ruang lingkup penelitian ini meliputi penyusunan arsitektur strategik perusahaan PT. CBI dengan batasan industri yang dimaksudkan mengacu pada konsep lima kekuatan penentu intensitas persaingan Porter. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan metode deskriptif dilakukan dengan pengamatan langsung dan wawancara. Faktor-faktor strategis diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan didukung studi literatur. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan pengisisan kuesioner. Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk analisis PEST, analisis rantai nilai, dan analisis lima kekuatan penentu intensitas persaingan Porter. Penentuan responden sebanyak sepuluh responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Penelitian ini dimulai dengan menganalisis visi dan misi saat ini untuk mengetahui sejauh mana kriteria visi dan misi telah dipenuhi. Analisis lingkungan internal PT. CBI dilakukan menggunakan analisis kompetensi inti untuk mengetahui kompetensi inti yang dimiliki PT. CBI sebagai sumber keunggulan kompetitif. Analisis rantai nilai digunakan untuk memeriksa semua aktivitas yang dilakukan oleh PT. CBI dan mengetahui bagaimana aktivitas tersebut saling berinteraksi. Selanjutnya, analisis lingkungan eksternal PT. CBI menggunakan analisis PEST meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi. Analisis lima kekuatan penentu intensitas persaingan Porter dilakukan dengan pendekatan teknik Delphi. Penentuan bobot faktor-faktor strategis menggunakan selang pembobotan bernilai 1 sampai 5. Analisis industry foresight dilakukan untuk peramalan di masa depan. Analisis ini menggunakan konsep landak yaitu konsep sederhana yang mengalir dari pemahaman mendalam sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Analisis kesenjangan bertujuan untuk menganalisis kesenjangan antara keadaan sekarang dengan kondisi yang diinginkan dalam jangka lima tahun ke depan maupun keadaan ideal yang seharusnya terjadi pada industri fashion busana Indonesia. Dari hasil analisis di atas, dihasilkan faktor-faktor strategik yang digunakan untuk memformulasikan arsitektur strategik dengan membangun alternatif strategi PT. CBI untuk jangka waktu lima tahun ke depan, yaitu tahun 2006 – 2010. Dari hasil analisis lingkungan internal diperoleh bahwa PT. CBI memiliki dua kompetensi inti, yaitu fashion item busana muslim dan retail busana muslim serta perlengkapannya. Kedua kompetensi ini menghasilkan parameter aktivitas infrastruktur perusahaan yaitu dukungan manajemen puncak dalam membangun citra merek Ranti memiliki hasil tertinggi (4,25). Hal ini disebabkan karena selama ini PT. CBI memfokuskan pada investasi brand Ranti sebagai produk busana muslim terbaik. Sedangkan, aktivitas kompetensi fashion item busana muslim yang kurang dimiliki PT. CBI dan perlu lebih diperhatikan oleh manajemen adalah kemampuan mendata keluar masuk bahan baku dan penunjang di gudang (2,38). Aktivitas operasional produk yang kurang dimiliki PT. CBI adalah kemampuan dan keterampilan mengontrol kualitas produk masal dengan hasil (2,50) serta ketepatan waktu produksi masal sesuai jadwal dan target dengan hasil (2,38). Kompetensi rantai nilai retail busana muslim dan perlengkapannya untuk aktivitas manajemen sumberdaya manusia yang kurang dimiliki PT. CBI adalah pelatihan SDM (2,75), sistem penghargaan yang baik (2,63), iklim keselamatan kerja (2,63), dan kemampuan merekrut SDM yang berkualitas dengan hasil (2,75). Analisis intensitas persaingan didasarkan pada dua kompetensi inti yang dimiliki PT. CBI, yaitu kompetensi fashion item busana muslim dan kompetensi retail busana muslim dan perlengkapannya. Secara umum, hasil analisis ini menunjukkan bahwa industri fashion busana muslim memiliki intensitas persaingan yang sedang. Hasil analisis intensitas persaingan menunjukkan taraf sedang karena bagi produsen maupun desainer busana musllim yang memproduksi jenis fashion item, walaupun memperebutkan segmen pasar yang sama yaitu pelanggan menengah ke atas tetapi target yang dibidik berbeda. Dalam konteks industri fashion Indonesia khususnya busana, proses menuju bauran industri menjadi suatu keharusan apabila institusi yang terkait dengan busana seperti garmen, tekstil, dan fashion designer di Indonesia menginginkan kesinambungan dalam jangka panjang, sehingga dapat bersaing memenangkan persaingan di masa depan. Hal ini tidak dapat lepas dari peran pemerintah sebagai pendukung dalam kebijakan yang berlaku. Oleh karena itu, di masa depan industri fashion busana Indonesia yang ideal adalah sinergi antara perusahaan tekstil, garmen, fashion designer, dan pemerintah. Dari hasil analisis industry foresight menggunakan konsep landak diperoleh bahwa PT. CBI dapat menjadi yang paling baik dalam bisnis retail produk fashion muslim yang mengutamakan kenyamanan dan fokus pada pasar Indonesia. Dengan laba per kunjungan pelanggan, memberikan implikasi terhadap arus kas perusahaan karena kekuatan ekonomi perusahaan berasal dari kunjungan pelanggan berulang yang disebabkan karena kepuasan pelanggan terhadap kenyamanan pelayanan. Rancangan arsitektur strategik PT. CBI tahun 2006 – 2010 yang diusulkan meliputi tiga tahapan, yaitu: rancangan kompetensi fashion item PT. CBI, rancangan kompetensi retail busana muslim dan perlengkapannya, serta rancangan budaya disiplin perusahaan. Beberapa tahapan dalam rancangan strategik fashion item meliputi seleksi, redesign operasional, bank design dan inovasi, serta personal fashion. Untuk tahapan rancangan strategik retail busana muslim, yaitu identifikasi toko, seleksi, redesign toko, standardisasi, SOP, networking, service. Dalam upaya menciptakan budaya disiplin perusahaan, perlu melakukan seleksi, sistem, dan sosialisasi