Adoption of good management practice (gmp) in small and medium scale vannamei shrimp farms on the northern shore of east java

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjabarkan rantai nilai industri udang Vannamei di pantai utara Pulau Jawa, mengidentifikasi bentuk management practice yang diterapkan oleh petambak skala kecil dan menengah saat ini, menganalisa tingkat adopsi Good Management Practice (GMP) oleh petambak skala kecil dan menengah, dan mengidentifikasi kendala-kendala yang menjadi hambatan bagi petambak untuk mengadopsi Good Management Practice. Penelitian dilakukan dengan pendekatan metode deskriptif kualitatif dengan studi kasus berganda. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan pakar dan praktisi di industri udang, serta wawancara dan pengamatan lapangan di tambak udang. Pemilihan responden dilakukan dengan cara purposif. Penelitian ini menggunakan teknik pemetaan rantai nilai. Strategi pengolahan data studi kasus berganda yang digunakan adalah pembentukan kerangka deskriptif untuk pengorganisasian data studi kasus, sedangkan teknik analisa yang digunakan adalah pengenalan pola, pembangunan penjelasan dan sintesa antar kasus. Perhitungan terhadap pembagian nilai akhir produk dilakukan terhadap 1 kg udang beku ekspor dan sistem skoring digunakan untuk membantu analisa adopsi GMP. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kegiatan tambak memberikan kontribusi paling besar terhadap nilai akhir produk, bahwa management practice saat ini pada tambak udang Vannamei yang diamati di pantai utara Jawa Timur sudah sejalan dengan rekomendasi berbagai institusi untuk berbagai tahapan budidaya kecuali manajemen limbah, bahwa tambak udang Vannamei yang diamati di pantai utara Jawa Timur memiliki tingkat adopsi GMP yang tinggi untuk berbagai tahapan budidaya kecuali manajemen limbah serta adanya kecenderungan petambak untuk hanya melakukan good practices yang mempunyai dampak langsung terhadap keberhasilan panen, dan bahwa kendala utama adopsi GMP adalah tidak tersedianya panduan komprehensif, tidak adanya kegiatan penyebaran teknologi yang terstruktur, dan tidak adanya insentif bagi petambak untuk melakukan pengolahan limbah