Kajian Strategi Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Bogor

BAYU SAFANDI, 2000. Kajian Strategi Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Cabang Bogor. Dibawah bimbigan AGUS MAULANA dan E. GUMBIRA SA'ID. Kebijakan pemerintah dalam pembangunan di bidang ekonomi antara lain menetapkan bahwa usaha pemerataan hasil pembangunan hams mencakup pula program untuk pengembangan usaha kecil. Secara mum, usaha kecil mempunyai karakteristik sebagai suatu keunggulan, yaitu dapat mencakup sektor konomi yang sangat luas, memerlukan modal yang tidak terlalu besar, tidak memerlukan syarat-syarat khusus bagi tenaga kerjanya, mempunyai pasar lokal dan memerlukan teknologi yang sederhana. Namun di lain pihak, usaha kecil juga mempunyai berbagai macam kendala. Umumnya kelompok usaha kecil dan koperasi lemah dalam memenuhi persyaratan perbankan. Hal ini disebabkan antara lain oleh kurang memiliki agunan fisi yang memadai, kelemahan dalam sistem administrasi dan manajemen serta kekurang-lengkapan dokumen telah menempatkan usaha kecil sernakin lemah dan kurang dalam memiliki kemampuan berunding (bargainingpower) dalam menghadapi bank untuk merundiigkan syarat-syarat kredit Permasalahan yang dihadapi dalam pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) dari sisi pengusaha kecil pada umumnya adalah rendahnya tingkat kelayakan usahanya, karena ada keterbatasan pada aspek pemasaran, teknis produksi, manajemen dan organisasi. Selain itu juga belum mampu memenuhi persyaratan bank teknis, antara lain berkaitan dengan penyediaan jaminan dan perizinan. Dari sisi perbankan, beberapa kendala dalam penyaluran KUK adalah sulitnya memperoleh usaha kecil yang layak, tingginya biaya transaksi, tingginya resiko dan terbatasnya sumberdaya rnanusia serta jaringan kantor cabang yang terbatas: Dukungan perbankan untuk dapat mengembangkan usaha kecil mutlak diperlukan., guna meningkatkan kemampuan usaha kecil tersebut. Dengan demikian peranannya dalam perekenomian di Indonesia dapat ditingkatkan khususnya dalam hal memberikan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, serta memberikan pemerataan kegiataan ekonomi antar sektor dan wilayah. BRI sejak awal ditugaskan untuk membiia para nasabah kecil dan terutama untuk mereka yang bergerak dalam bidang koperasi, pertanian, nelayan dan sub sektor pertanian lainnya. Dalam peranannya membantu usaha kecil, BRI telah menggulirkan beberapa paket bantuan kredit khusus kepada usaha kecil, seperti Kredit Kecil Investasi (KKI), KKMK (Kredit Kecil Modal Kerja), KUT (Kredit Usaha Tani), Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) dan mash banyak lagi. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,s milyar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,l milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 milyar. Tujuan dari geladikarya ini adalah mengevaluasi dan mengkaji mekanisme dan prosedur pemberian KUK yang diterapkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia terhadap pengusaha kecil, mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan pemberian KUK, upaya-upaya yang ditempuh untuk mengatasinya, dan merumuskan strategi dalam penyaluran KUK yang sesuai untuk meningkatkan kerjasama usaha antara PT. Bank Rakyat Indonesia dan Pengusaha Kecil dalam penyaluran KUK. Geladikaqa ini dibatasi atau diiokuskan kepada pelaksanaan pemberian KUK oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Bogor. Kajian permasalahan dan konteks pembahasan didasarkan pada kasus-kasus pemberian atau penjaminan Kredit Usaha Kecil (KUK). Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan fokus penelitian pada Analisis Strategi Pemberian Kredit Usaha Kecil oleh BRI Kanca Bogor. Data yang dikumpulkan adalah data yang berkenaan dengan kondisi internal dan eksternal dari perusahaan. Sumber data diperoleh dari BRI Kanca Bogor, Bank Indonesia, Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil dan Menengah, Biro Pusat Statistik dan Para ahli terdii. Pengumpulan data didakukan dengan observasi, kuisioner, wawancara, dan studi pustaka. Dalam melakukan analisis Strategi Pemberian Kredit Usaha Kecil oleh PT.BRI Cabang Bogor, sebelum dilakukan penentuan-penentuan variabel-variabel dominan dilakukan analisis internal dan eksternal. Analisis internal adalah kekuatan dan kelernahan yang terdapat pada BRI, sedangkan analisis eksternal adalah peluang dan ancaman yang diidapi oleh BRI dan dapat mempengaruhi pelaksanaan dalam pemberian KUK. Dari masing-masing variabel tersebut, melalui pengisian kuisioner para ahlit dapat ditentukan bobot dan peringkat masing-masing variabel yang didasarkan pada asumsi-asumsi yang telah dibuat sebelumnya untuk mendapatkan nilai terboboti. Kemudian dilakukan pengukuran variabel-variabel dengan tehnik Analisis Perbandingan Berpasangan. Hasil pengujian menunjukkan prioritas mana yang didahulukan untuk dilaksanakan dari berbagai persoalan yang muncul. Selain itu juga dari pengujian variabel-variabel tersebut diperoleh rnatriks Internal-Eksternal untuk dapat menentukan langkah-langkah strategis dalam pemberian KUK. Kredit yang disalurkan oleh BRI Kanca Bogor merupakan hasil pengumpulan dana dari pihak ketiga (masyarakat), dana Pemerintah Daerah, dana Dinas instansi, Obligasi, Pinjaman KLBI dan dana dari kerjasama dengan lembaga keuangan lainnya. Dana yang berhasil dihimpun oleh BRI Kantor Cabang Bogor pada tahun 1998 adalah Rp. 234,493 milyar. Untuk tahun 1998 dana yang disalurkan sebesar Rp. 53,835 milyar atau 22,96 % dari seluruh dana yang berhasil dikumpulkan oleh BRI Kanca Bogor. Struktur portofolio kredit BRI Kanca Bogor terdiri dari kredit untuk usaha korporasi, kredit untuk usaha menengah dan kredit untuk usaha kecil, yang penggunaannya untuk berbagai tujuan (produktii dan konsumtit) dan jumlah serta jangka waktu yang tidak sama. Namun tahapan proses kegiatan perkreditan pada prinsipnya sama untuk setiap jenis kredit yang diberikan. Dalam proses pemberian kredit yang menjadi titik kritis adalah pada analisa dan evaluasi dari pemberian kredit terutama pada kelayakan usaha dari calon debitur. Waktu yang dibutuhkan oleh calon debitur untuk mendapatkan kredit sekitar 2 sampai 3 minggu. Kredit yang paling banyak disalurkan oleh BRI Kanca Bogor adalah untuk kredit golongan berpenghasilan tetap dan dikuti dengan kredit untuk sektor perdagangan, sedangkan sektor yang paling sedikit diminati adalah sektor konstruksi dan sektor pengangkutan. Sektor yang mengalami peningkatan adalah sektor pertanian yang pada tahun 1998 mengalami peningkatan sebesar 14,86 %. Jenis Kredit Usaha Kecil yang diialurkan oleh BRI Kanca Bogor adalah kredit non prioritas, yaitu kredit yang mempergunakan dana BRI dan bukan merupakan dana dari Bank Indonesia. Kredit non prioritas yang tergolong KUK adalah KKM/KKI, Kretap, Kretap KPR, Kresun, Kresna, Kredit Pegawai BRI, Kremuna, Kresna, KKU dan KUKM, sedangkan KEB Non Korporasi, KEB Korporasi, KI Non Korporasi dan KI Korporasi bukan merupakan KUK walaupun termasuk kredit non prioritas. BRI Kanca Bogor memberikan KUK dengan tingkat bunga antara 19%-24% pertahun. KUK yang berhasil disalurkan oleh BRI Kanca Bogor setiap tahunnya mengalami peningkatan, walaupun secara persentase mengalami penman. Untuk tahun 1999 terjadi peningkatan sebesar 5,74% dengan nilai nominal Rp. 54,398 miliar. Peningkatan yang terjadi disebabkan antara lain banyaknya usaha kecil yang tumbuh di wilayah Bogor dan memerlukan modal kerja ataupun investasi untuk usahanya. Apabiia dilihat dari kualitas KUK secara persentase, yaitu perbandigan antara kredit yang lancar dengan dengan total KUK yang diberikan terlihat bahwa pada tahun 1998 kualitasnya paling rendah yaitu sebesar 83,86 %. Ini terlihat dari jurnlah tunggakan yang paling tinggi sebesar Rp. 8.476 jut% sedangkan kualitias kredit yang paling baik adalah tahun 1995 sebesar 99,29 %, dengan jumlah tunggakan KUK yang paling kecil. Hasil dari Matriks External Faktor Evaluation dapat dijelaskan bahya pada faktor peluang tumbuhnya usaha kecil dengan pesat mempunyai bobot yang paling tinggi yaitu 0,139. Artinya adalah tumbuhnya usaha kecil dengan pesat dapat dimanfaat oleh pihak BRI Kanca Bogor dalam menyalurkan KUK. Peluang lainnya adalah Peraturan pemerintah yang mendorong berkembangnya industri kecil merupakan salah satu peluang bagi BRI Kanca Bogor dalam memberikan KUK. Peluang dari pertumbuhan ekonomi daerah dan Kebutuhan pengusaha akan modal kerja tidak begitu mempengaruhi dalam kaitan dengan peningkatan pemberian KUK, hal ini menandakan bahwa variabel ini tidak terlalu dijadikan patokan oleh pihak perbankan maupun pengusaha kecil untuk dapat memperoleh pinjaman KUK. Kesadaran masyarakat akan bank dengan bobot 0,072 merupakan bobot yang terkecil dalam konteks penelitian ini. Hal ini menandakan bahwa walaupun masyarakat sudah terbiasa berhubungan dengan bank, belum menjamin bahwa mereka akan menjadi nasabah debitur, melainkan hanya sebagai nasabah penabung biasa atau pengguna produk-produk BRI yang lainnya. Pada faktor ancaman terlihat bahwa kondisi sosial politik dan hukum di Indonesia merupakan variabel yang harus diantisipasi. Dengan bobot sebesar 0,136 berarti variabel ini sangat mempengaruhi biinis perbankan pada umumnya dan dapat secara tidak langsung akan mempengaruhi kelancaran pemberian KUK kepada pengusaha kecil. Variabel lain yang perlu mendapat perhatian adalah nilai tukar rupiah yang belum stabii, sanksi dari Pakjan 90 tentang ketentuan pemberian KUK yang harus 20 % dari portofolio kreditnya, dan dampak globalisasi perdagangan mendapat Suku bunga pinjarnan yang tinggi merupakan ancaman yang terkecil dalam konteks penelitian ini . Dengan bobot sebesar 0,067 menandakan bahwa suku bunga pinjaman tidak terlalu mempengaruhi bisnis KUK selama ini, selama kondisi perekenomian dan politik dalam keadaan stabil. Pada rnatriks Internal Faktor Evaluation, faktor internal yang terkait dalam hal ini adalah kekuatan dan kelemahan. Pada faktor kekuatan, jaminan keamanan memiliki bobot yang tertinggi. Dengan bobot 0,131 artinya yang menjadi kekuatan utama BRI dalam memberikan KUK adalah jaminan keamanan dari BRI. Pada faktor kelemahan terlihat adanya variabel yang perlu mendapat perhatian, yakni pembinaan pengusaha kecil yang belum memadai yang mendapat bobot paling tinggi adalah 0,092. Faktor ini hams segera dibenahi karena dapat mempengaruhi kinerja dari bisnis KUK, karena p e m b i i pengusaha kecil akan terkait langsung dengan kegiatan usaha mereka dan oada akhimya akan mempengaruhi kapasitas debitur untuk memenulii kewajiban-kewajiban Faktor kelemahan yang lain yang perlu mendapat perhatian adalah informasi mengenai debitur yang kurang, sumber daya manusia dan resiko dari kredit yang diberikan. Dari hasil analisis Faktor Ekstemal dan Internal, posisi dari pelaksanaan pemberian KUK di BRI Kanca Bogor terletak pada kuadran V. Dengan posisi tersebut maka strategi yang diiaksanakan antara lain dengan empertahankan strategi pelaksanaan yang telah d i m dan mengembangkan strategi tersebut sesuai dengan kondisi Daerah Bogor. Prioritas utama dari strategi pemberian KUK adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas KUK dengan selektif dan terarah. Prioritas kedua adalah mernperkuat citra perusahaan dengan memberikan pelayanan yang lebih baik dan adanya komunikasi dua arah yang terarah dan transparan. Prioritas ketiga adalah mengembangkan kernarnpuan untuk menggali inforrnasi bisnis guna menggali potensi biinis yang ada. Prioritas keempat adalah meningkatkan kualitas dari sumberdaya manusia yang menangani KUK dan pembinaan terhadap debitur serta menggali informasi bisnis yang ada dari debitur. Prioritas kelima adalah meningkatkan kualitas dan efektivitas pelayanan KUK. Prioritas keenam adalah peningkatan prioritas pembinaan dan oembiiaan keoada sektor usaha kecil. Prioritas ketuiuh adalah keningkatkan peigawasan d k kualitas KUK yang diberikan, sehiGga terjalin kesinambungan keriasama usaha. Prioritas kedelapan adalah perbaikan kualitas pelayanan d& memiangun loyalitas debitur. Implikasi dari strategi pemberian KUK oleh BRI Kanca Bogor yaitu melakukan pendekatan pemberian KUK melalui kelompok/koperasi dan pendekatan pola kemitraan. Pendekatan ini akan mempermudah pembinaan terhadap nasabah usaha keca mengurangi resiko, menciptakan mekanisme saling mengontrol antara anggota. Selain itu juga lebii meningkatnya kelayakan usaha kecil karena adanya jaminan pemasaran, dan pembinaan teknis dari mitra usaha. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia yang menangani KUK sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan pada nasabah dan nlelakukan pengawasan terhadap debitur dengan lebih baik