Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehilangan hasil perkebunan rakyatstudi kasus pemasaran buah pisang hasil perkebunan rakyat di kab. lampung selatan

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi rantai pemasaran dan struktur pasar dari pemasaran pisang hasil perkebunan rakyat di Kabupaten Lampung Selatan yang dipasarkan ke Kabupaten Bogor sebagai bahan baku pisang tangkaian, (2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan hasil dalam pemasaran pisang hasil perkebunan rakyat dan menganalisis kerugian yang diakibatkannya. (3) Mencari alternative penanganan yang lebih baik dan mungkin dilakukan oleh pihak terkait dalam pemasaran pisang hasil perkebunan rakyat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Survei dilakukan terhadap petani pisang perkebunan rakyat, tengkulak dan pengepul di Kabupaten Lampung Selatan, pengawal barang di pelabuhan penyeberangan kapal laut Bakauheni dan jembatan timbang di Desa Gayam Kabupaten Lampung Selatan, pengolah pisang tangkaian di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, pengecer pisang tangkaian dan konsumen akhir di kawasan Jabotabek. Penelitian berlangsung pada bulan Februari sampai dengan minggu kedua bulan April 1997. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder yang dilakukan dengan pengamatan, wawancara terstruktur maupun tidak terstruktur. Data yang diambil dengan cara pengamatan meliputi: (a) rontok selama pengiriman. (b) susut selama pengiriman, (e) susut selama pengolahan, (d) rontok selama pengolahan, (e) rusak karena tergeneet dan pemisahan butiti selama pengolahan. (f) kehilangan (susut) akibat pemisahan badagal selama pengolahan, g) penentuan spesifikasi setiap kelas pigang, (h) penentuan komposisi tingkat ketuaan pisang yang dikirim dari Kabupaten Lampung Selatan periode bulan Januari sampai dengan Februari 1997. Data yang diambil melalui wawancara terstruktur dan tidak terstruktur adalah: (a) rantai pemasaran, (b) harga beli dan harga jual pada masing-masing tingkat saluran pemasaran, (e) biaya pemasaran pada masing-masing tingkat saluran pemasaran. (d) hilang dicuri pada masing-masing rantai pemasaran, (e) rusak karena tidak laku dijual ditingkat pengecer, (f) susut di tingkat tengkulak dan pengepul dan (g) susut karena layu yang dialami lembaga pemasaran di sentra produksi. Analisis data yang dilakukan meliputi tabulasi, analisis marjin pemasaran dan anal isis laba-rugi. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis. dibedakan atas rantai pemasaran pisang hasil perkebunan rakyat, struktur pasar yang terjadi diantara lembaga-Iembaga pemasaran, marjin pemasaran. faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan hasil dan langkah-Iangkah yang perlu diambil sebagai upaya perbaikan untuk meminimalkan kerugian yang ditimbulkan akibat kehilangan hasil tersebut. Rantai pemasaran pada aktivitas pemasaran pisang hasil perkebunan rakyat di Kabupaten Lampung yang dipasarkan ke Kabupaten Bogor sebagai bahan baku pisang tangkaian adalah: petani I produsen - tengkulak - pengepul - pengolah pisang tangkaian - pengecer. Dengan masuknya tiga lembaga perantara baru, yaitu pemasok swalayan, pasar swalayan dan pengusaha jasa boga. Jumlah lembaga yang terlibat pada rantai pemasaran tersebut, polapola hubungan yang terjadi antara lembaga-Iembaga pemasaran, kekuatan lembaga dalam penentuan harga, tingkat kesulitan dalam memasuki pasar dan jenis barang yang diperjualbelikan menunjukkan struktur pasar yang terjadi pada pemasaran pisang tersebut. StnJktur pasar yang terjadi antara petani-tengkulak, tengkulak-pengepul, cendenJng mendekati struktur pasar oligopsoni., Hal ini dicirikan oleh: (1) terdapatnya beberapa pembeli sementara penjual banyak, (2) penentuan harga didominasi oleh pembeli, (3) barang yang dihasilkan bersifat homogen (hanya pisang dalam bentuk tandanan), dan (4) pembeli yang banJ, sulit masuk ke dalam pemasaran pisang ini. Struktur pasar yang terjadi antara pengolah pengepul-pengolah pisang tangkaian dan pengolah pisang tangkaian-pengecer cenderung mendekati struklur pasar persaingan monopolistik yang dicirikan oleh : (1) jumlah penjual (pengepul) dan pembeli (pengolah pisang) banyak meskipun tidak sebanyak pada pasar persaingan sempurna, (2) barang (pisang tandan) yang diperjualbelikan bersifat standar, sehingga kekuatan dalam penetapan harga relatif kecil (3 pendatang baru agak mudah untuk memasuki pasar tetapi tidak semudah memasuki pasar persaingan sempurna. Sedangkan struktur pasar yang terjadi antara pengecerkonsumen cenderung mendekati struktur pasar oligopoli yang dicirikan oleh : (1) jumlah penjual sedikit (beberapa pengecer) dan banyak pembeli (konsumen), (2) bentuk pisang yang dipasarkan seragam/homogen, (3) penjual lemah dalam menentukan harga karena pengecer tidak bersekongkol dan (4) pendatang baru agak sulit masuk kedalam pasar ini. Analisis marjin pemasaran yang dilakukan di tingkat petani sampai pengecer menunjukkan bahwa marjin pemasaran yang terjadi pada masingmasing lembaga berbeda diantara yang satu dengan yang lainnya. Total marjin pemasaran pisang hasH perkebunan rakyat adalah sebesar Rp 759,3. (a) Di tingkat pengolah, marjin pemasaran sebesar Rp 406/kg (53,3 %), (b) pengecer Rp 220/kg (29 %), (c) pengepul Rp 102,2/kg (13,5 %) dan (d) tengkulak Rp 31 ,1/kg (4,1 %). Perbedaan marjin pemasaran yang terjadi pada lembaga-Iembaga tersebut disebabkan perbedaan biaya dan keuntungan yang terjadi pada masing-masing lembaga. Biaya pemasaran terbesar terjadi pada pengolah pisang yaitu sebesar Rp 342,4/kg diikuti pengecer sebesar Rp 134/kg, pengepul sebesar RP. 93,4/kg dan tengkuiak sebesar Rp 10,6/kg. Apabila masing-msaing biaya tersebut dijumlahkan, maka total biaya pemasarannya sebesar Rp 580,3 atau sebesar 76,4 % dari total marjin pemasaran. Keuntungan pemasaran juga berbeda pada masingmasing lembaga. Keuntungan terbesar terjadi pada pengecer yaitu sebesar Rp 86/kg diikuti pengolah pisang sebesar Rp 63,8/kg, tengkulak sebesar Rp 20,5/kg dan keuntungan terendah terjadi pada tingkat pengepul pisang yaitu sebesar Rp 8,7/kg. Apabila seluruh keuntungan pada masing-masing lembaga dijumlahkan, maka total marjin keuntungannya sebesar Rp 179/kg atau sebesar 23,6 % dari total marjin pemasaran. Dari 11 faktor yang dianalisis untuk melihat pengaruh faktor terhadap kehilangan hasil, diperoleh informasi bahwa 10 faktor diantaranya adalah faktor berpengaruh terhadap kehilangan hasil. Satu faktor diantaranya yaitu faktor hilang karena dicuri tidak memiliki pengaruh terhadap kehilangan hasil. Kesepuluh faktor yang berpengaruh tersebut antara lain: (1) susut karena layu, (2) rentok selama pengiriman, (3) rusak tergencet, (4) budug / butiti, (5) pemisahan badagal, (6) busuk karena tidak terjual, (7) terlalu muda dipetik, (8) afkir karena penyakit, (9) tidak mulus dan (10) matang di jalan. Pada 10 faktor tersebut terdapat 6 faktor berhasil diukur dan dipereleh cukup data. Keenam faktor tersebut mengakibatkan kerugian sebesar Rp 521.119.530/bulan untuk volume pisang yang diolah sebanyak rata-rata 84,5 ton/hari sebagaimana yang diolah saat ini di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Rincian kerugian masing-masing faktor adalah: (1) susut karena layu sebesar Rp 147.060.000, (2) rontok selama pengiriman sebesar Rp 20.229.300, (3) busuk tergencet dan (4) budug I butiti sebesar Rp 21.674.250, (5) pemisahan badagal sebesar Rp 93.054.780 dan (6) busuk karena tidak terjual Rp 239.101.200. Untuk meminimalkan kerugian dapat diambil langkah-Iangkah alternative sebagai berikut: (1) campur tangan pemerintah melalui perbankan di tingkat petani, (2) meningkatkan kualitas di tingkat pengepul (pengemasan tandan buah pisang dengan elastic foam, mengurangi jumlah muatan truk, melakukan penyortiran terhadap pisang yang memiliki bobot kurang dari 200 g/tangkai dan mengembangkan pasar sasaran baru), (3) melakukan penggantian wadahIkemasan dengan kontainer di tingkat pengolah pisang. Ketiga alternatif tersebut dilakukan pada kondisi tetap mempertahankan rantai pemasaran yang ada saat ini. Sedangkan pada kondisi dimana rantai pemasaran tidak dipertahankan, langkah alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memindahkan lokasi pengolahan pisang dari Kabupaten Bogor ke sentra produksi atau dengan kata lain memotong rental pemasaran dengan menghilangkan dua lembaga pemasaran yaitu tengkulak dan pengepul. Namun demikian alternatif kedua ini perlu dikaji lebih lanjut mengingat pemasaran pisang rakyat ini merupakan suatu sistem yang sudah berjalan pada kurun waktu lama, dimana masing-masing komponen sistemnya terkait satu sama lain dan sudah pasti akan mengalami gangguan bilamana dilakukan perubahan pada komponen sistem lainnya