Sejarah Gerakan Personeel Fabrieck Bond (PFB) di Yogyakarta Pada Tahun 1919-1920

Pasca Perang Dunia I (1917) harga kebutuhan barang mentah mengalami peningkatan, sedangkan masyarakat pribumi yang menjadi buruh tidak mendapatkan kenaikan gaji, pemerintah kolonial menikmati kekayaan mereka sendiri. Keresahan buruh pribumi direspon oleh tokoh-tokoh SI seperti Semaoen dan Suryopranoto bergerak bersama buruh. Salah satu organisasi bentukan yang memperjuangkan kesejahteraan buruh adalah Personeel Fabrieks Bond yang diketuai oleh Soeryopranoto. Penelitian ini merupakan sebuah studi sejarah. Dengan demikian, pendekatan yang digunakan adalah metode historis yang melibatkan pencarian, penemuan, dan pengujian sumber-sumber agar dapat memperoleh fakta-fakta sejarah yang autentik dan dapat dipercaya. Hasil penelitian menunjukan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh PFB dinilai berhasil hingga memperluas gerakannya ke berbagai daerah di Jawa. Keberhasilan yang ditorehkan oleh PFB kemudian memengaruhi para petani di Surakarta untuk melakukan pemogokkan. Pada akhirnya gerakan yang diperjuangkan tersebut harus berakhir dengan penahanan para pemimpin organisasi-organisasi buruh dan dilarangnya mengadakan perkumpulan tanpa izin pemerintah setempat