Efektivitas Nilai-Nilai Kemuhammadiyahan Dalam Menciptakan Budaya Inklusif Di Sekolah Muhammadiyah (Studi Kasus Di Smp Muhammadiyah 9 Yogyakarta Dan SMP Muhammadiyah 1 Prambanan)

Tujuan dari penelitian ini adalah, pertama untuk mendeskripsikan efektifitas nilai kemuhammadiyahan dalam menciptakan budaya inklusif di SMP Muhammadiyah 9 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 1 Prambanan. Kedua, untuk menganalisis upaya membangun budaya inklusif melalui komunitas dan nilai dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif di SMP Muhammadiyah 9 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 1 Prambanan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Adapun teknik dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data mengadopsi model analisis kualitatif Miles dan Huberman dengan melalui tiga tahapan yakni, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa, pertama, efektifitas nilai-nilai kemuhammadiyahan dalam menciptakan budaya inklusif melalui pandangan tawassuth yang diintegrasikan dengan bentuk tindakan nyata seperti keadilan, menghargai perbedaan, dan individual based learning. Kedua, dalam membangun budaya inklusif di SMP Muhammadiyah 9 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 1 Prambanan diwujudkan melalui upaya membangun komunitas tampak pada 7 indikator yaitu penerimaan kepada semua warga sekolah, tolong menolong antar siswa, saling bekerjasama dan menghormati antara warga sekolah, saling bekerjasama dengan dinas/dikdasmen dan wali siswa, serta semua komunitas (komite sekolah) terlibat di sekolah. Selanjutnya dalam membangun nilai inklusif terdapat 6 indikator yang meliputi harapan yang tinggi untuk semua siswa, semua stakeholder saling berbagi filosofi inklusif, semua siswa dihargai, warga sekolah memiliki sifat humanis, dan sekolah meminimalisasikan segala bentuk diskriminisi (bullying). Pihak sekolah terus berupaya membuat kolaborasi dari para warga sekolah seperti guru/karyawan, para siswa baik reguler maupun difabel, serta dinas/dikdasmen, wali siswa, maupun komunitas lokal untuk bisa berkontribusi dalam membangun filosofi budaya inklusif