Tampilan Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) yang Ditanam pada Media Tanah Asal Tanah Andisol Berlereng Desa Pandansari Brebes

Tanaman cabai merah (Capsicum Annuum L.) yang ditanam pada media asal tanah andisol berlereng memiliki beberapa masalah. Salah satu masalah pada tanah berlereng menyebabkan degradasi fisik seperti erosi, sedangkan dampak turunannya adalah penurunan kesuburan tanah sehingga dibutuhkan unsur pendukung dalam menangani permasalahan kesuburan tanah yang terus menurun akibat dari degredasi lahan berlereng. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesuburan lahan khususnya unsur hara kalium dari tanah andisol dan membuktikan kesuburan tanah andisol dari tampilan tanaman cabai. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2021 sampai Februari 2022, di Laboratorium Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Univesitas Jenderal Soedirman dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, dengan menggunakan media tanah yang berasal dari lahan berlereng di Desa Pandansari, Brebes, dengan kemiringan 6o atau 13%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok. Penelitian ini menggunakan tanaman cabai merah varietas OR TWIST 42 sebagai indikator. Media tanam yang digunakan berasal dari 6 perbedaan ketinggian dengan masing-masing ketinggian yaitu 4 meter dan ditambah 1 pembanding. Setiap perlakuan diulang sebanyak 6 kali, sehingga total ada 42 unit percobaan. Variabel pengamatan pada penelitian meliputi tinggi tanaman, jumlah ranting, diameter batang, jumlah daun, jumlah bunga, jumlah buah (diameter dan panjang), berat akar segar dan kering, dan bobot tajuk segar dan kering serta kandungan kalium tanah pada saat sebelum tanah digunakan untuk penelitian. Penelitian dilakukan sampai panen pertama dan dilanjutkan dengan menguji hasil menggunakan uji keragaman (uji f) pada taraf kepercayaan 95%. Apabila hasil analisis menunjukkan hasil beda nyata dilakukan uji lanjut menggunakan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test). Hasil penelitian analisis unsur kalium pada media tanah andisol yang berasal dari 6 tingkat perbedaan ketinggian menghasilkan nilai berturut-turut dari ketinggian tertinggi ke terendah yaitu 0,21; 0,24; 0,24; 0,28; 0,29; dan 0,29 cmol(+)/kg. Hasil tersebut menunjukkan kandungan unsur K yang tergolong rendah, dimana media yang berasal dari ketinggian yang lebih tinggi menunjukkan kandungan kalium yang paling rendah. Pengamatan tinggi tanaman, jumlah ranting, diameter batang, jumlah daun , jumlah bunga, jumlah buah (diameter dan panjang), berat akar segar dan kering, dan bobot tajuk segar dan kering, mendapatkan hasil terendah terdapat pada ketinggian paling tinggi dan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pembanding. Hal ini dikarenakan tanaman yang ditanam dengan media dari setiap ketinggian tidak mendapatkan perlakuan pemberian pupuk (pemupukan), sedangkan perlakuan pembanding diberikan pemupukan sehingga tanaman dengan perlakuan pembanding dapat tumbuh dengan optimal