Perlindungan Hukum terhadap Merek Terkenal Milik Pihak Lain untuk Barang dan / atau Jasa Tidak Sejenis yang Berimplikasi Pelanggaran Merek Terdaftar

Merek sebagai bagian dari Hak Kekayaan Intelektual yang selalu digunakan oleh pelaku usaha dalam kegiatan perdagangan. Merek digunakan untuk mengidentifikasi barang dan jasa yang diproduksi atau didistribusikan oleh pelaku usaha, sehingga pelaku usaha wajib mendaftarkan mereknya guna memberikan hak kepada pelaku usaha untuk menggunakan mereknya secara ekslusif. Merek terkenal sering dimanfaatkan oleh pihak yang beritikad tidak baik untuk melakukan peniruan merek. Banyak pelaku usaha yang mendaftarkan mereknya dengan sengaja memiripkan produknya dengan merek dagang terkenal dengan tujuan mencari keuntungan tanpa melalui proses yang panjang. Oleh karena itu maka suatu merek yang telah terdaftar di DJKI perlu mendapat perlindungan hukum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kriteria merek terkenal untuk barang dan/atau jasa yang tidak sejenis yang berimplikasi pelanggaran merek terdaftar dan untuk menganalisis perlindungan hukum merek terkenal untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis yang berimplikasi pelanggaran merek terdaftar. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian Yuridis-Normatif dengan model preskriptif. Bahan hukum yang dikumpulkan dikaji secara komprehensif dan dianalisa secara kualitatif. Hasil penelitian dan pembahasan menyimpulka bahwa: pertama terdapat 9 (Sembilan) Kriteria merek terkenal yang tercantum dalam Pasal 18 Peraturan Menteri, Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 67 Tahun 2016. Kedua terhadap merek terkenal, perlindungan hukum diperoleh setelah merek tersebut didaftarkan pada DJKI. Perlindungan hukum tersebut tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Kasus pelanggaran merek terkenal yaitu pada kasus sengketa merek BMW Jerman dengan BMW (Body Man Wear), Starbucks Coffee dengan Starbucks Rokok, dan Merek Lexus milik Toyota dengan Lexus milik PT. Lexus Daya Utama. Ketiga merek tersebut terbukti sebagai merek terkenal, namun pada sengketa merek BMW bahwa BMW Jerman tidak memperoleh perlindungan hukum dikarenakan belum adanya peraturan yang mengatur mengenai sengketa merek untuk barang dan/atau jasa yang tidak sejenis. Sementara untuk merek Starbucks Coffee dan merek Lexus milik Toyota mendapatkan perlindungan hukum karena di Indonesia sudah terdapat peraturan yang mengatur mengenai sengketa merek untuk barang dan/atau jasa yang tidak sejeni