Persepsi Sineas Muda terhadap Tingginya Akses Film Bajakan dI Telegram (Studi Deskriptif Persepsi Sineas Muda dari Konsentrasi Media TV dan Film Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Unand)

ABSTRAK PERSEPSI SINEAS MUDA TERHADAP TINGGINYA AKSES FILM BAJAKAN DI TELEGRAM (STUDI DESKRIPTIF PERSEPSI SINEAS MUDA DARI KONSENTRASI MEDIA TV DAN FILM DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FISIP UNAND) Oleh: Yelfita Desri Maizona 1910861007 Pembimbing: Vitania Yulia, MA Annisa Anindya, S.I.Kom, M. Si Aktivitas mengakses film bajakan merupakan suatu tindakan yang merampas hak moral dan hak ekonomi pencipta film. Tindakan ini menjadi persoalan serius yang menghambat perkembangan industri film di Indonesia. Telegram menjadi salah satu media yang memberikan akses kepada penggunanya untuk mengunduh dan membagikan konten film bajakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek yang mendorong tindakan mengakses film bajakan di Telegram serta menganalisis bagaimana persepsi sineas muda dari konsentrasi Media TV dan Film Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Unand terhadap tindakan mengakses film bajakan di Telegram. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah persepsi selektif oleh Warner J. Severin untuk melihat persepsi sineas muda terhadap tingginya akses film bajakan di Telegram. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspek yang mendorong tindakan mengakses film bajakan di Telegram adalah keinginan untuk mendapatkan layanan tanpa biaya langganan, kemudahan akses yang diperoleh oleh pengguna Telegram, keberatan untuk berlangganan pada platform- platform yang beragam, kebutuhan terhadap media yang lebih fleksibel serta rendahnya kesadaran dalam menghargai karya film. Persepsi sineas muda dari konsentrasi Media TV dan Film Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Unand terhadap tindakan mengakses film bajakan di Telegram dikategorikan berdasarkan pengalaman, sikap selektif, dugaan, dan sikap evaluatif. Berdasarkan pengalaman, seluruh informan setuju bahwa aktivitas mengakses film bajakan di Telegram salah, karena dinilai tidak menghargai dan mengapresiasi karya film. Berdasarkan sikap selektif, dari enam informan, empat informan tidak menggunakan Telegram sebagai media untuk menonton film dan dua lainnya beberapa kali masih mengakses Telegram untuk menonton film. Berdasarkan dugaan informan menilai aktivitas mengakses film bajakan di Telegram sebagai usaha pemenuhan kebutuhan akan hiburan. Berdasarkan sikap evaluatif informan menilai aktivitas mengakses film bajakan di Telegram sebagai tindakan ilegal yang melanggar hukum. Kata Kunci: Film Bajakan, Hak Cipta, Komunikasi Massa, Persepsi, Telegra