RIWAYAT-RIWAYAT ISRAILIYYAT DALAM TAFSĪR AL QUR’AN; ASAL-USUL DAN HUKUMNYA

AbstractThis research discusses the history of isra'iliyyat in the tafsir book and what is the law of narrating isra'iliyyat. While in the isra'iliyyat narration there is difference whether it is permissible or not and how the isra'iliyyat narration is contained in the tafsir books. The method used in this research is qualitative literature study (Library Research). The results show that the history of Isra'iliyyat is in accordance with Islamic syari'at, then the truth of Israiliyyat can be recognized and allowed to narrate it. Otherwise if it is contrary to Islamic law, it considered unthrue and may not be narrated, but this is allowed if the position has been explained in the interpretation. On the other hand, if there is no information in the Islamic Sharia regarding the content of israiliyyat, then the step that must be chosen is tawaquf, which is not punishing whether it is true or not. AbstrakPenelitian ini membahas tentang riwayat isra’iliyyat dalam kitab tafsir serta bagaimana hukum meriwayatkan isra’iliyyat. Dimana dalam periwayatan isra’iliyyat terdapat perbedaan apakah boleh atau tidak serta bagaimana periwayatan isra’iliyyat yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif studi pustaka (Library Researh). Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa riwayat Isra’iliyyat tersebut sesuai dengan syari’at Islam, maka dapat diakui kebenarannya dan diizinkan untuk meriwayatkannya, sedangkan jika bertentangan dengan syari’at Islam maka didustakan dan tidak boleh diriwayatkan, namun diperbolehkan jika dijelaskan kedudukannya. Adapun jika belum ada keterangan sesuai atau tidaknya dengan Syari’at Islam maka tawaquf di dalamnya, yaitu tidak menghukumi benar atau tidaknya.Kata Kunci: Riwayat Israiliyyat, Tafsir al-Qur’an, Asal usul dan Hukumnya.AbstractThis article discusses the narrations and stories of Israiliyyat in the interpretation of the Qur'an, its origins and how our attitude is whether to accept or reject it at all. The research method in this article is a qualitative study of library research (Library Research). Al-Qur'an is one of the key instructions sent down by Allah to the Prophet Muhammad, peace be upon him. To understand the verses of the Qur'an to be correct, it must refer to the methods of the commentators. Regarding the methods themselves there is an agreement, there is a dispute. Some are the principal of the method, some are just amplifiers from the previous method. Among the topics of discussion among scholars is the interpretation of methods that refer to israilliyat stories. Isra'iliyyat is another name for the Prophet Ya'kub bin Ishaq bin Ibrahim peace be upon them. The entry of the stories of Israiliyyat into the Qur'anic interpretation begins with the growth of the Arabs who are not colored by science, coupled with the emigration of the Jews into the Arabian peninsula and then their mixing in other cultures, languages and features. It was proven when the Prophet sallallaahu alayhi wa sallam migrated to Medina, he encountered tribes of Judaism whose backgrounds came from regions other than Arabic. The stories of Isra'iliyyat are divided into several kinds which are viewed from several sides; The authenticity of the narration, its conformity to Islamic Shari'ah, and the themes contained in Isra'iliyyat. The Ulama 'differ their attitude towards Isra'iliyyat, in general there are 4 types of attitude, namely; Of them there are many who list along with their sanad, there are many who include but sometimes do not include their sanad, there are many who include but afterwards explain the degree of transmission, and there is excessive in refusing it so that it does not include at all. In this case, if the stories of Isra'iliyyat are in accordance with the Islamic shari'ah, then the truth can be recognized and allowed to narrate them, whereas if the Islamic shari'ah is excluded then it is denied and may not be narrated, but allowed if explained its position. As for if there is no information in accordance with or not with Islamic Shari'ah, then tawaquf in it, that is not to punish right or wrong. If it contradicts the Qur'an and the validity of the Sunnah, or which overlaps with the agreed upon foundations of Islam, it must be rejected altogether. Abstrak Artikel ini membahas tentang riwayat-riwayat dan kisah-kisah Israiliyyat dalam tafsir Al-Qur’an, asal-usulnya dan bagaimana sikap kita apakah menerima atau menolaknya sama sekali. Metode penelitian dalam artikel ini adalah penelitian kualitatif studi pustaka (Library Researh).Al-Qur’an merupakan salah satu kunci petunjuk yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam. Untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an agar benar harus merujuk kepada metode-metode para ahli tafsir.Berkaitan dengan metode-metode itu sendiri ada yang menjadi sebuah kesepakatan, ada yang menjadi perselisihan. Ada yang menjadi pokok metode, ada juga yang sifatnya hanya penguat dari metode sebelumnya. Diantara yang menjadi perbincangan di kalangan ulama ialah penafsiran dengan metode yang merujuk kepada kisah-kisah israilliyat. Isra’iliyyat merupakan nama lain dari Nabi Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim alaihimu salam. Masuknya kisah-kisah Israilliyat ke dalam tafsir Al-Qur’an diawali dengan pertumbuhan orang-orang Arab yang tidak diwarnai dengan ilmu pengetahuan, ditambah dengan berhijrahnya kaum Yahudi ke jazirah Arab kemudian bercampurnya mereka dalam budaya, bahasa dan corak-corak yang lain. Terbukti ketika Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam hijrah ke Madinah, beliau menjumpai suku-suku yang beragama yahudi yang latar belakang mereka berasal dari daerah selain Arab. Kisah-kisah Isra’iliyyat dibagi beberapa macam yang dilihat dari beberapa sisi ; Keshahihan periwayatannya, kesesuaiaan dengan Syari’at Islam, dan tema yang terkandung dalam Isra’iliyyat. Para Ulama’ berbeda sikap mereka terhadap Isra’iliyyat, secara garis besar ada 4 macam sikap, yaitu; Dari mereka ada yang banyak mencantumkan beserta sanad-sanadnya, ada yang banyak mencantumkan namun terkadang tidak dicantumkan sanad-sanadnya, ada pula yang banyak mencantumkan namun setelahnya menjelaskan derajat periwayatannya, dan ada yang berlebihan dalam menolaknya sehingga tidak mencantumkan sama sekali. Dalam hal ini jika kisah-kisah Isra’iliyyat itu sesuai dengan syari’at Islam maka dapat diakui kebenarannya dan diizinkan untuk meriwayatkannya, sedangkan jika menyelisihi syari’at Islam maka didustakan dan tidak boleh diriwayatkan, namun diperbolehkan jika dijelaskan kedudukannya. Adapun jika belum ada keterangan sesuai atau tidaknya dengan Syari’at Islam maka tawaquf di dalamnya, yaitu tidak menghukumi benar atau tidaknya. Jika bertentangan dengan Al Qur’an dan kesahahihan Sunnah, atau yang menyelisihi dasar-dasar agama Islam yang telah disepakati harus ditolak sama sekali. Kata kunci : Israiliyyat, tafsir, riwayatdan kisa