Peranan Pawang Wanita Dalam Pertunjukan Kesenian Athilan Kudho Putro Mataram Di Dusun Besi Sukoharjo Ngaglik Sleman

Jathilan adalah salah sahl jenis kesenian tradisi yang banyak berkembang di daerah Jawa, terutama di Daerah Istimewa Yogyakatta yang melingkupi empat kab upaten. Untuk membatasi ruang lingkup penulisat1 ini difokuskan pada kesenian jathilan yang ada di kabupaten Sleman, dan lebih khusus lagi di dusun Besi. Paguyuban Kesenian Jathila11 Kudho Putro Mataram ini terbentuk pada tahm1 1999, kesenian ini adalah kelanjutan dat•i kesenian jathilan Kudho Prakoso Sakti. Kesenian jathilan Kudho Putro Mataram adalah jenis kesenia11 tradisional kerakyatan yang unsur-unsur pendukung pertunjukan sudal1 banyak mengalatni perkembangan seperti kostum yang digunakan, iringan, tempat pertunjukan, sesaji, serta seniman pelakunya yang melibatkan wanita di dalamnya, Keberadaan wanita bukat1 hanya terbatas pada penarinya namun juga pada pawangnya. Kehadiran pawang wanita dalam pertunjukan ini lebih memiliki peran sebagai penjaga nonna etika dari para penari wanita. Pawang wanita juga dikhususkan untuk babak penari putri, walaupun kehadirannya dalam setiap pe1tunjukan juga dibekali denga11 kekuatan spiritual, namun hal tersebut tidak dapat disamakan dengan keberadaan pawang laki-laki. Kehadirat1 pawang wanita selalu didampingi oleh pawang laki-laki. Kehadiran pawang wanita dapat dikatakan sebagai suatu fonnalitas saja yang t:ujuannya unt:uk menjaga etika budaya .lawa yang masih menganggap tabu perihal bersentuhan antara p1ia dat1 wanita yang bukan muhkrimnya dalam keadaan in/ranee atau tidak sadarkan diri. Kepercayaan tersebut rupanya tetap dijaga dan dilestarikan oleh warga masyarakat dusun Besi yang dapat dilihat dan dibuktikan dalam kesenian jathilan Kudho Putro Mataram yang terdapat di dusun tersebut