Konsumerisme Masyarakat Urban Dalam Narasi Visual

Penarnpilan atau presentasi diri menjadi hal pokok dalam kehidupan masyarakat saat ini. Sebuah gaya hidup yang menjadikan barang konsumsi sebagai benda imajiner. Makna simbolik yang ada di dalamnya menjadi target utama pengkonsumsian. Nilai guna barang konsumsi menjadi sesuatu yang tersarnar dan berada di balik batas antara realitas dengan pencitraan yang ditawarkan obyek konsumsi. Membeli barang tidak lagi hanya sekedar terdorong oleh pemenuhan kebutuhan sehari-hari semata, namun juga keinginan memperoleh kepuasan eksistensi diri serta kebanggaan turut mempengaruhi tindakan konsumsi. Makna di balik tampilan fisik barang menjadi alasan penting tindakan konsumsi demi mendapatkan status sosial dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat sebagai konsumen ditempatkan pada kondisi skisofrenik dimana mereka sulit menemukan realitas barang yang mereka konsumsi. Keberadaannya telah tersarn.arkan oleh buaian dan bujuk rayu dengan mengatasnamakan status sosial yang akan disandang. Konsumerisme, sebuah tindakan fetisisme barang konsumsi telah meajadi budaya baru yang membawa konsumen ke arah pengagungan diri melalui pencitraan barang. Apa pun bentuknya, pencarian nilai fungsi benda tidak lagi menjadi tujuan utama. Obyek-obyek konsumsi dipandang sebagai ekspresi diri pembentuk strata sosial, simbol, serta prestise. Tindakan konsumerisme dilkakukan tidak dengan menggunakan realitas logika nilai guna barang, melainkan didasari oleh hasrat yang tidak memiliki batas kepuasan yang jelas. Konsumsi makna simboli menjadi gaya hidup baru yang melekat pada kehidupan masyarakat modem. Sebuah komunitas sosial yang dianggap peka terhadap perkembangan yang terjadi dalam ruang lingkup kehidupan nyata. Konsumsi dan masyarakat adalah sebuah mata rantai yang tidak dapat dipisahkan, saling terkait dan saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain