Bentuk Pertunjukan Jathilan Jago di Dusun Jurang Jero Giripeni Wates Kulonprogo

Jathilan Jago merupakan salah satu bentuk kesenian rakyat yang tumbuh dan berkembang di dusun Jurang Jero, desa Giripeni, kecamatan Wates, kabupaten Kulonprogo. Jathilan Jago ini mengusung cerita dongeng tentang cindelaras adu jago. Alasan pemilihan cerita tersebut karena adu jago dilambangkan sebagai perselisihan antar warga, tetapi kemudian mereka bersatu kembali karena mereka sadar bahwa mereka semua itu adalah saudara. athilan Jago merupakan kesenian yang kehadirannya masih bertahan di dusun Jurang Jero, yang pada awalnya berfungsi sebagai media menyatukan warga dan saat ini berfungsi sebagai seni pertunjukan yang memberikan hiburan kepada masyarakat. Berdasarkan pembahasannya bentuk pertunjukan Jathilan Jago sudah mengalami banyak perubahan, pada awalnya penarinya berusia remaja, sekarang penarinya adalah anak-anak. Gerak-gerak yang digunakan pada awalnya lebih bersifat gagah sedangkan sekarang gerakan lebih diperlembut. Motif gerak yang digunakan juga lebih sedikit, hanya diperbanyak dengan pengulangan. Hal tersebut dilakukan agar penari yang masih tergolong anak-anak lebih mudah mengingatnya, karena hanya mengulang gerakan-gerakan yang sudah ada. Selain itu penggunaan pola lantai juga sudah lebih divariasi, tidak hanya berjajar dua-dua saja, tetapi dengan variasi diagonal, membentuk huruf X dan huruf V. Namun tidak menutup kemungkinan pola lantai dan posisi penari bisa disesuaikan dengan tujuan dibentuknya Jathilan Jago, misalnya pada saat menggambarkan perdamaian dengan pola lantai lingkaran besar, posisi penari bisa diselang-seling antara kelompok merah dengan kelompok kuning, agar terlihat benar-benar menyatu. Penggunaan kostum dan bahan yang masih menggunakan apa yang ada