Tutur Sinangling

Tutur Sinangling merupakan kata yang dipilih sebagai judul karya tari ini karena penggabungan kedua kata ini menciptakan makna pengartian baru yaitu; Kata-kata yang mengandung pesan tentang ajaran hidup yang terangkai dalam sebuah tembang. Judul ini diharapkan mampu mewakili tema dalam karya tari ini karena dengan menyaksikan pertunjukan karya tari ini kita diingatkan kembali pada sebuah cinta dan perjuangan berat seorang ibu dalam perannya menghantarkan sosok titipan Sang Ilahi ke dalam sebuah Kehidupan baru dengan segala konflik dan problematikanya untuk kemudian merengkuh apa yang dinamakan dengan buah kehidupan. Pola gerak yang disajikan merupakan bentuk atau dalam nuansa keJawaan yang dirangkai berdasarkan keciri khasan koreografer sehingga menghasilkan sebuah bentuk "baru" seperti yang diharapkan koreografer. Karya tari ini menggunakan tata rias natural dengan paduan tata busana dalam nuansa yang sama. Tata rupa pentas yang sekaligus difungsikan sebagai properti para penari memiliki pemaknaan yang erat sekali hubungannya dengan tema gerak dan tema tari, sehingga memudahkan penonton untuk lebih memahami dan memaknai karya tari dalam setiap adegan. Karya tari ini diharapkan mampu menjadi bahan apresiasi dan kajian masyarakat untuk kembali ngonceki, mengupas kekayaan budaya sastra kita yang mengandung unsur ajaran hidup dan kemudian menggali dan memberi pemaknaan yang lebih berarti. Karya tari ini berdurasi waktu sekitar 20 menit dipentaskan dalam panggung proscenium Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta