Pemaknaan film anime dalam interaksi sosial komunitas oplovers Semarang

Anime merupakan salah satu produk penyebaran budaya populer Jepang yang diterima oleh masyarakat Indonesia. Kepopuleran dari anime (animasi Jepang) merupakan hasil dari interaksi yang terus dilakukan di lingkungan masyarakat sosial, sehingga menimbulkan berbagai penggemar anime khususnya pada generasi pemuda-pemudi Indonesia untuk mengikuti budaya Jepang sebab adanya rasa ketertarikan yang ditampilkan dalam perepisode film anime, munculnya berbagai fenomena sosial seperti dampak jika menonton film anime dengan berlebihan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa jauh penggemar dalam komunitas OPLovers Semarang memaknai anime dari pengalamannya menonton film anime dan proses interaksi sosial terjadi saat kegiatan dalam komunitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan merupakan jenis penelitian lapangan. Adapun sumber data dalam penelitian ini yakni data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data, penulis melakukan observasi, wawancara dengan teknik wawancara purposive untuk menentukan informan penelitian, kemudian dokumentasi. Dalam prosesnya, penulis melakukan wawancara mendalam dengan ketua, wakil ketua, pendiri komunitas, admin media sosial komunitas dan dua anggota komunitas, data penelitian akan dianalisis dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menggunakan teori interaksionisme simbolik oleh gagasan Herbert Blumer (1986) menyatakan interaksionisme simbolik memiliki sifat khas yang muncul dari interaksi antar manusia, kekhasan tersebut seperti saling menerjemahkan tindakannya. Sehubung dengan itu maka penulis menggunakan teori interaksionisme simbolik untuk melihat bagaimana pemaknaan yang dihasilkan oleh para anggota komunitas OPLovers Semarang terhadap ketertarikannya dengan film anime saat berinteraksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemaknaan yang dihasilkan oleh para anggota komunitas OPLovers berbeda meskipun stimulusnya sama yaitu film anime, konsep diri (self) yang ditimbulkan merupakan hasil pemaknaan terhadap karekter film anime seperti berjiwa setia kawan, solidaritas, pantang menyerah dan sebaginya sehingga memutuskan perbuatannya (action) untuk bergabung dalam sebuah komunitas yang memiliki satu hobi sama, dari film anime One Piece sebagai objek (object) yang para anggota komunitas OPLovers berikan makna bagi dirinya bahwa tidak membatasi imajinasi saat menonton, memunculkan konsep interaksi sosial (social interaction) lebih berkembang ketika melakukan kegiatan anniversary, nonton bareng (nobar), cosplay dan kopdar rutinitas komunitas, kemudian terbentuklah tindakan bersama (joint action) untuk menyukseskan atau melancarkan agenda kegiatan dalam komunitas. Dampak pemaknaan film anime dalam interaksi sosial para anggota komunitas OPLovers Semarang terdapat konsumerisme terhadap produk anime, mengoleksi berbagai bentuk figur yang dikreasi sebagai pajangan atau bentuk kesukaan bersama dalam komunitas. Kemudian ada dampak pola interaksi sosial, para anggota komunitas berkomunikasi dengan memadukan beberapa kosakata bahasa Jepang, adanya keterbukaan saat berkomunikasi sebab saling memahami, namun merasakan ada keterbatasan berkomunikasi dalam lingkungan masyarakat sebab mereka tidak terbiasa berinteraksi dengan masyarakat umum. Setelah itu adanya dampak gaya berpenampilan, para anggota komunitas OPLovers Semarang berpenampilan serentak dengan tema anime One Piece ketika mengadakan kumpulan bersama membahas agenda kegiatan serta sebagai simbol kesatuan dari komunitas