Analisis wacana kritis pemberitaan covid-19 mengenai kebijakan pelonggaran masker pada media republika.co.id

Syahda Afni Arvia (1701026101) “Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Covid-19 Mengenai Kebijakan Pelonggaran Masker Pada Media Republika.co.id”. Skripsi Progam Strata (S.1), Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Pemberitaan kebijakan pelonggaran masker pada 17 Mei 2022 sempat menuai pro kontra semua pihak di media massa selama beberapa bulan. Hal itu dikarenakan masyarakat akan memiliki kebebasan menghirup udara segar setelah lebih dari dua tahun harus terhalang masker ketika beraktivitas. Di satu sisi, kebijakan ini merupakan kabar baik, namun disisi lain, sebagian orang menilai keputusan tersebut cukup tergesa-gesa. Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah menganalisis strategi retoris Republika.co.id dalam bentuk teks untuk membangun wacana dalam pemberitaan Covid-19 mengenai kebijakan pelonggaran masker menurut analisis wacana kritis Teun van Dijk. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan deskriptif. Data diperoleh dari dokumentasi berupa berita yang diproduksi oleh Republika.co.id yaitu berita mengenai wabah Covid-19 di Indonesia khususnya mengenai kebijakan pelonggaran masker dalam dua gelombang yakni awal Mei hingga akhir Juni 2022 yang berjumlah 6 berita. Dalam menganalisis penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis metode analisis Teun Van Dijk. Hasil penelitian menujukkan bahwa pemberitaan kebijakan pelonggaran masker yang diberitakan oleh Republika.co.id sudah menerapkan prinsip jurnalistik. Berdasarkan kognisi sosial, diharapkan masyarakat menjadi tahu apa saja yang terjadi setelah kebijakan tersebut diberlakukan, serta Republika.co.id mendukung klaim narasumber bahwa kebijakan pelonggaran masker dinilai terburu-buru. Selain itu, dalam konteks sosial, kebijakan tersebut diambil pemerintah sebagai upaya transisi dari pandemi menjadi endemi. Pemerintah melakukan upaya transisi secara bertahap dengan memperhatikan imunitas masyarakat terhadap Covid-19, termasuk varian baru Omicron BA2 yang memicu lonjakan kasus di sejumlah negara dan telah terdeteksi bahwa di Indonesia tidak memicu kasus lonjakan Covid-19