PENERAPAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (Studi Kasus SLB Raharja Sejahtera Kandangan)

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dirancang KEMENDIKBUD sebagai strategi penguatan literasi di seluruh satuan pendidikan sulit diterapkan bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) yang menaungi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Melalui kajian ini peneliti mendeskripsikan penerapan GLS yang dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan ABK serta menjadi kajian yang penting dalam pengembangan GLS bagi sekolah penyelenggara pendidikan khusus. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan langkah-langkah pengumpulan data melalui observasi ABK kelas 6, 9, dan 12, wawancara 3 informan yang terdiri dari kepala sekolah yang sekaligus sebagai guru kelas 9, wali kelas 6 dan 12, serta dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model Miles and Huberman. Aktifitas dalam analisis data model ini meliputi data reduction, data display, dan conclusion drawing. Hasil yang didapat adalah GLS akan berjalan maksimal dengan menerapkan pembiasaan storytelling yang dibawakan guru dibandingkan membaca mandiri 15 menit. Storytelling membantu ABK lebih mudah memahami, merespon, menyimpulkan informasi yang disampaikan guru serta menambah perbendaharaan kata. Strategi peguatan literasi meliputi pemajangan karya siswa, kunjung perpustakaan, dan pengembangan minat bakat ABK. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelaksanaan GLS untuk ABK perlu dilakukan modifikasi sesuai kebutuhan mereka salah satunya dengan bentuk storytelling sehingga mampu meningkatkan literasi dan menciptakan lingkungan sekolah yang literat