ANALISA PENGARUH JUMLAH SIRIP PADA COIL CHILLER TERHADAP PERFORMA RADIANT COOLING

Pengunaan sistem pendingin semakin meningkat seiring dengan kebutuhan hidupan manusia, dengan pengaplikasian yang sudah melingkupi berbagai segi aspek kehidupan lingkup kerja mulai dari ruang kerja, industri, hotel, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui jumlah sirip yang optimal, dapat menghasilkan Coil Chiller yang memiliki performa radiant cooling yang lebih baik. Memahami bagaimana pengaruh jumlah sirip pada Coil Chiller dapat mempengaruhi kinerja sistem pendinginan radiant cooling. Mengetahui pengaruh pendinginan dan penyerapan kalor yang di hasilkan pada Coil Chiller terhadap performa radiant cooling. Salah satu jenis sistem pendingin adalah radiant cooling, sistem pendingin yang menggunakan air dingin mengalir di pipa-pipa pada kontak termal dengan permukaan. Penelitian ini menggunakan system radiant cooling dengan refrigerant R134a pada kompresor, Coil Chiller diisi menggunakan air garam. Jumlah sirip 4, 12, 8, 16, pada Coil Chiller menggunakan bahan alumunium dengan ketebalan 1 mm, panjang 150 mm, lebar 50 mm. Tekanan exspansi dari menit ke-20 sampai menit ke-160, tekanan mengalami kenaikan sekitar 1,4 bar dan tekanan pada evaporator 1,6 bar dengan presentase tertinggi. COP 6,05 temperatur yang dihasilkan 2,2 ℃, COP 6,15 pada jumlah sirip 16 temperatur tertinggi -5,8 ℃. Dari menit ke-20 sampai menit ke-160, temperatur terendah yang dihasilkan chiller -11,4 dengan jumlah sirip 16, sedangkan tertinggi berada pada suhu -5,5 dengan jumlah sirip 4. Kesimpulan dari penelitian ini adalah menunjukkan dampak refrigrasi menghasilkan perubahan kapasitas pendinginan yang lebih signifikan, penurunan waktu yang lebih cepat dalam mencapai suhu yang diinginkan, dan distribusi suhu di dalam ruangan yang lebih merata. Ketika jarak antar sirip pada Coil Chiller semakin rapat, performa pendingin radiant cooling dapat ditingkatkan, yang pada gilirannya akan mengakibatkan peningkatan nilai COP dan kinerja mesin pendingin yang lebih optimal