Kajian Sosio Teologis Terhadap Peran Majelis dalam Penetapan Pos Pelayanan: Studi Kasus Jemaat GMIT Sonaf Honis Hunaek

Tujuan dari penelitian ini adalah, mendeskripsikan dan menganalisis proses kemandirian dan mendeskripsikan pemahaman majelis terhadap pembentukan jemaat mandiri. Jemaat Hunaek sebagai pos pelayanan yang kini telah dinaikan statusnya menjadi mata jemaat sebelumnya merupakan dua rayon terjauh dari jemaat GMIT Bethesda To’o, dua rayon atau yang dikenal sebagai jemaat Hunaek berpisah dan kemudian bergabung bersama jemaat GMIT Elim Naibonat. Teori yang digunakan analisis fungsionalisme dari Talcott Parsons dan Robert King Merton, peran majelis dari pandangan Johanes Calvin serta Tata Cara Pembentukan Jemaat dan Pembangunan Jemaat dalam Tata Gereja GMIT 2010. Metode penelitian yang digunakan ialah pendekatan deskriptif kualitatif maka hasil penelitian yang ditemukan ialah 1). Jemaat Hunaek telah lama mewacanakan proses pembangunan pos pelayanan yang bertujuan untuk mendekatkan pelayanan serta menjawab pergumulan dari jemaat Hunaek, salah satu tantangan yaitu dari sesama kalangan majelis bahkan ketidaksukaan terhadap majelis Hunaek terlihat ketika adanya surat keterangan pemberhentian secara tidak hormat yang dikeluarkan oleh majelis harian jemaat GMIT Bethesda To’o untuk diberikan kepada majelis yang berasal dari Hunaek kemudian inilah menyebabkan adanya perpisahan antara kedua belah pihak sehingga terjadi kekosongan pelayanan bagi jemaat Hunaek serta belum diakui menjadi pos pelayanan menyebabkan jemaat tanpa status sehingga pada sidang klasis kupang timur jemaat GMIT Elim Naibonat sebagai penyelamat, mau menerima dan membimbing jemaat Hunaek untuk menjadi pos pelayanan serta mendukung untuk pertumbuhan jemaat pada tahap selanjutnya. 2). Pemahaman para majelis mengenai pos pelayanan, mata jemaat dan jemaat mandiri yang sesuai dengan apa yang termuat dalam Tata Gereja GMIT yang kemudian menjadi motivasi tersendiri para majelis dan jemaat untuk memulai apa yang ingin diwujudkan