Penyuluhan infeksi menular seks (IMS) pada laki seks laki (LSL) : studi kasus di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kota Semarang

Laki Seks Laki (LSL) merupakan kelompok berisiko tinggi tertular HIV/AIDS dikarenakan sering berganti pasangan dan melakukan seks anal. Kelompok LSL merupakan faktor risiko tertinggi kasus baru HIV di Indonesia. Untuk itu, perlu upaya pencegah dan melindungi masyarakat dari ancaman IMS, HIV/AIDS di lingkungannya. Salah satunya dengan memberikan edukasi dan sosialisasi melalui lembaga swadaya masyarakat yang bergerak menyuarakan pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi yaitu Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI Kota Semarang). Data LSL (Gay, Biseksual, dan Waria) di PKBI Kota Semarang, sampai Maret 2023 berjumlah 3185. Jumlah tersebut merupakan jumlah LSL yang telah menerima penyuluhan IMS dari PKBI Kota Semarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam mengenai penyuluhan Infeksi Menular Seks (IMS) Laki Seks Laki (LSL) di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia PKBI Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kualititatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara, selanjutnya hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Informan di dapat dari 3 informan LSL dan 3 informan dari tim PKBI Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Pertama, adanya kerjasama tim PKBI yang baik dan dukungan dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan juga dari lembaga-lembaga terkait menimbulkan adanya kemauan dari LSL mengikuti kegiatan baik edukasi, sosialisasi dan penyuluhan. Sedangkan hambatanya kurang tersedianya anggaran, dan anggapan orang-orang yang menggap isu kesehatan seksual reproduksi ini tidak penting, isu sensitive, serta tidak mau menerima informasi-informasi terkait kesehatan reproduksi. Kedua, penyuluhan yang dilakukan PKBI kota Semarang selama ini bisa dikatakan baik, penyuluh dapat menyuluh dengan maksimal. Selama ini pencegahan dari PKBI Semarang dengan memberikan kondom, pelicin, KIE serta dibarengi dengan kegiatan edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan mengenai IMS dan HIV/AIDS