KOMPARASI FILM ASLI DAN ADAPTASI KOREA SELATAN (Kajian Semiologi Roland Barthes Pada Film Scandal Makers)

Budaya Korea saat ini dipandang sebagai kesuksesan internasional dalam bidang musik, film, program televisi, fashion, makanan, kosmetik, dan kecantikan. Film-film yang sukses tersebut menciptakan kerjasama dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis perbandingan antara film asli dan film adaptasi Indonesia. Analisis ditentukan oleh analisis Kineiconic Multimodalitas dari Andrew Burn, yang mengkategorikan teks gambar visual dengan memilah-milahnya ke dalam mode kontribusi tingkat mikro. Mode kineikonik digunakan untuk meneliti elemen-elemen seperti pengambilan gambar, desain set, pencahayaan, kostum, ekspresi wajah, suara, pembuatan film, penyuntingan, dan lain-lain. Film-film tersebut dikumpulkan dari berbagai platform streaming film dan kolom komentar seperti Netflix, Viu, Viki, dan akun Youtube resmi. Film-film yang diteliti dalam penelitian ini adalah Sunny (2011) yang diadaptasi menjadi Bebas (2019), Miss Granny (2014) yang diadaptasi menjadi Sweet 20 (2017), dan Scandal Makers (2008) yang diadaptasi menjadi film berjudul sama, yaitu Scandal Makers (2023). Penelitian ini juga mengetahui reaksi masyarakat terhadap film adaptasi tersebut dan mendeskripsikan secara komprehensif bagaimana pengaruh film tersebut di bioskop Indonesia. Kata kunci: Mode Kineikonik, Multimodalitas, Film Korea Selatan, Film Indonesia, Film Remake, Film Adaptasi