PRASANGKA PERSPEKTIF TAFSIR AL-IBRĪZ DAN TAFSIR FĪ ẒILALIL QUR’ĀN

ABSTRAK Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi antar individu. Menemui mereka yang memiliki macam-macam prasangka terhadap individu, ataupun terhadap individu, kelompok lain di lingkungan sekitarnya, yang sering menimbulkan konflik dan permusuhan antar sesama. Oleh sebab itu, adanya suatu prasangka, baik atau buruk akan sangat mempengaruhi cara dalam bersikap serta bertindak di kehidupan bermasyarakat. Penelitian ini menjelaskan apa persamaan dan perbedaan prasangka dalam tafsir Al-Ibrīz dan tafsir Fī Ẓilalil Qur’ān, dan bagaimana klasifikasi prasangka di kehidupan masyarakat sekarang? Adanya penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan prasangka dalam tafsir Al-Ibrīz dan tafsir Fī Ẓilalil Qur’ān, dan mengetahui klasifikasi prasangka di kehidupan masyarakat sekarang. Metode penelitian yang digunakan ialah metode muqāran dengan teknik pengumpulan data library research, dimana tafsir Al-Ibrīz oleh Bisri Musthofa dan tafsir Fī Ẓilālil Qur’ān oleh Sayyid Quthb menjadi rujukan utama dalam tulisan ini. Hasil dari penelitian dapat diketahui yaitu: 1.) Prasangka menurut kedua mufassir memiliki penafsiran yang sama yaitu larangan banyak berprasangka, sebab sebagian dari prasangka itu merupakan dosa. Dari kedua penafsiran memiliki perbedaan, menurut Bisri Musthofa adanya prasangka dengan mencari-cari kesalahan, kejelekan orang lain dapat menimbulkan fitnah. Sedangkan menurut Sayyid Quthb, menyeru untuk tidak mudah terpengaruh bisikan yang hanya berdasar dugaan, berupaya menghilangkan adanya fitnah untuk menjaga jalinan persaudaraan antar sesama. 2.) Adanya prasangka di kehidupan masyarakat, dengan seseorang memasuki dunia interaksi sosial, pasti akan ada banyak yang akan menanamkan suatu prasangka-prasangka, baik prasangka positif maupun prasangka negatif. Kata Kunci: Al-Ibrīz, Al-Qur’an, Fi Ẓilālil Qur’ān, Penafsiran, Prasangka