Teknik Apresiasi Musik Sebagai Penguatan Fondasi Untuk pembelajaran Musik di ISI Yogyakarta

Pembelajaran musik tidak ubahnya seperti pembelajaran atau pelatihan seni beladiri (martial art), di mana meditasi adalah bagian pelatihan yang sangat penting demi keberhasilan penguasaan gerakan jurus-jurus yang bertingkat-tingkat kesulitan teknisnya. Penguasaan jurus tertinggi sekalipun tidak akan berhasil dengan sungguh�sungguh bila tidak dilengkapi dengan penguasaan teknik meditasi yang seimbang. Pelatihan bagi para pemusik seharusnya disertai dengan mengadopsi teknik meditasi pada pelatihan beladiri, yakni aspek konsentrasi alias fokus yang sungguh-sungguh terhadap sesuatu target tertentu, sebagai dasar penguatan ketrampilan musikalnya. Konsentrasi atau fokus atas elemen-elemen musikal inilah yang akan dilatih melalui mendengarkan secara perseptif bertahap-tahap. Tahapan-tahapan inilah yang akan disusun menjadi sebuah modul pelatihan mendengarkan secara perseptif sebagai dasar semua pembelajaran musik di Perguruan Tinggi. Beberapa perguruan tinggi di Indonesia sudah membuka Program Studi Musik, dalam kategori ini adalah musik Barat, terutama dari genre musik klasik. Mereka pun sudah tentu memiliki karakteristik kurikulum dengan pembelajarannya yang berbagai-bagai dengan hasil pendidikan yang mengejar standar internasional, khususnya yang dibicarakan di sini adalah level sarjana musik strata satu (undergraduate music program). Meski pun pembelajaran musikal mereka berbagai-bagai, pada umumnya mereka memiliki kesamaan dalam satu hal, yakni kurang memperhatikan secara khusus pelatihan pendengaran musikal secara perseptif. Terdapat di dalam kurikulum mereka pada umumnya yaitu pelajaran solfeggio (pendengaran musikal) yang umumnya berupa tes pendengaran musikal dengan cara menerka nada, melodi atau harmoni yang diperdengarkan, tetapi hal itu sama sekali berbeda secara prinsip dengan pelatihan pendengan musical secara perseptif, karena yang terakhir ini sangat bersifat komprehensif. Artinya, mendengarkan music secara cerdas dengan memahami apa yang terjadi di dalam music secara keseluruhan. Bayangkan jika kita mendengarkan sebuah karya simfoni, oratorio, atau opera, yakni karya-karya musik yang secara struktural bersifat masif (massive), sangat besar dan secara musikal terdiri dari beberapa bagian yang 2 memiliki konektivitas, memiliki kontras, memiliki pengembangan, tapi masih dalam sebuah konsep musikal yang utuh. Bagaimana mungkin telinga kita mampu bertahan pada fokus pencarian terhadap semua elemen musikal di dalamnya? Bahkan sekecil mendengarkan diri sendiri bermain tanpa iringan sekalipun, diperlukan latihan mendengarkan secara perseptif, sebab jika tidak, selalu ada kecenderungan ketidak�tepatan nada yang dimainkan, atau ekspresi musikal yang salah, sehingga jika kita simak permainan orkestra di Indonesia, selalu ada kelemahan dalam ketepatan nada secara bersama-sama. LemItulah alasan mengapa pelatihan mendengarkan secara perseptif dalam pembelajaran musik sangat diperlukan, demi agar lulusan perguruan tinggi musik dapat bermain musik secara cerdas (memiliki telinga yang tajam dan peka) terhadap permainan sendiri, terlebih ketika bermain bersama. Sebab dalam bermain bersama, setiap individu musisi wajib mendengarkan permainan musisi lainnya