BUDAYA PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI DALAM SUKU KARO

Warisan adalah harta atau peninggalan dari seseorang yang telah meninggal dan akan diberikan kepada ahli waris atau kepada keturunan lurus yang disesuaikan dengan sistem atau aturan adat yang berlaku di dalam masyarakat. Ada 3 hukum yang mengatur tentang waris ini yaitu hukum Waris Adat, hukum Waris Islam, dan hukum Waris Perdata untuk masyarakat yang tidak ber agama Islam. Tulisan ilmiah ini berfungsi untuk memahami pembagian warisan menurut hukum waris adat Karo. Adat Karo menganut sistem patrilineal dimana Marga atau Klan diturunakan dari Ayah. Adat karo menempatkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang tidak setara diamana laki-laki sebagai pembawa marga mendapatkan kehormatan-kehormatan di dalam berbagai adat, termasuk pada proses pembagian harta warisan. Laki-laki Karo di posisikan superior atau lebih memiliki kekuasaan daripada perempuan di sektor kehidupan. Pada Adat Karo anak perempuan tidak menerima harta warisan namun ada kecenderungan orang tua, baik laki-laki, terlebih ibu , untuk memberikan harta waris kepada anak perempuannya melalui dua cara, yaitu hibah dan wasiat. Kesadaran di masyarakat Karo untuk memberi harta waris kepada anak perempuan disebabkan kemurahan hati saudara laki-lakinya. Oleh sebab itu, harta yang diterima anak perempuan disebut sebagai pemeren atau pemberian dalam bahasa indonesia sebagai tanda kasih sayang. Hukum waris adat Karo yang berbasis patrilineal sesungguhnya sedang bergerak ke arah hukum waris yang berbasis bilateral