Status dan Peran Anak Perempuan Dalam Keluarga Batak

Sebagai makhluk sosial manusia tidak mungkin menjalani hidup begitu saja, karena menjadi makhluk sosial berarti berinteraksi atau terjadi interaksi yang berarti terjadinya komunikasi dengan kontak sosial yang dilakukan antara dua orang atau lebih yang kemudian terjadi dengan teratur sehingga membentuk kelompok-kelompok. Dalam suatu kelompok sosial setiap individu memiliki status kedudukan dan peranannya masing-masing. Menurut Soerjono Soekanto (Abdulsyani, 2007:92), status diartikan sebagai posisi seseorang dalam suatu sistem sosial. Ogburn dan Nikoff, menyatakan bahwa: “Peran merupakan serangkaian pola perilaku yang diharapkan dan disetujui secara sosial, terdiri dari tugas dan hak istimewa yang terkait dengan posisi tertentu dalam suatu kelompok.” Masing-masing individu manusia memiliki berbagai kepentingan, maka dapatlah manusia berperan sesuai dengan kepentingan dan statusnya dalam suatu kelompok. Status dan peran sosial yang dimiliki seseorang pada satu kelompok dalam waktu yang sama dapat berbeda dengan status dan perannya di kelompok lain, status dan peran sosial dapat berbeda pada waktu yang sama dan pada kelompok sosial yang sama misalnya: secara bersamaan status dan peran perempuan sebagai istri berbeda dengan status dan perannya sebagai ibu. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial. Di dalam semua kelompok sosial setiap anggota pasti memiliki kedudukan dan peran yang merupakan bentuk kontribusi dalam kelompok. Pada keluarga batak, laki-laki menduduki kelas teratas atau kedudukan setiap orang dalam kelompok ditentukan oleh laki-laki dan perempuan hanya sebagai pelengkap atau pendukung posisi laki-laki. Terdapat diskriminasi gender dalam adat bagi perempuan batak. Dalam keluarga batak yang menganut sistem budaya patriarki peran perempuan dalam keluarga batak terkesan sebagai pelayan. Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat batak yaitu Dalihan Na Tolu yang berisi tiga unsur: (1) Manat Mardongan Tubu, (2) Elek Marboru, (3) Somba Marhula-hula merupakan cerminan sistem patriarki tersebut. Perempuan dalam suku batak toba dianggap penting karena sebagai seseorang yang melahirkan penerus bagi marga laki-laki. Keluarga batak dapat dipandang cacat atau tidak sempurna jika tidak memiliki anak laki-laki, tapi tidak berpengaruh jika tidak memiliki anak perempuan. Namun, bukan berarti keluarga yang bersuku batak tidak menyayangi anak perempuannya. Anak perempuan dalam suku batak dipanggil dengan sebutan boru