PRODUKTIFITAS DAN SUSTAINABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA PENGHASIL KERUPUK KEPITING OLAHAN KELOMPOK USAHA UJUNG PARAPPA DESA AMPEKALE KECAMATAN BONTOA KABUPATEN MAROS

Pelaksanaan kegiatan Ipteks bagi Masyarakat ((bM) ini bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir melalui pembinaan kelompok usaha pembuat kerupuk kepiting. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan menerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktifitas kelompok usaha tersebut. Teknologi tepat guna yang diterapkan ialah mesin pres adonan, mesin pengaduk adonan kerupuk kepiting, dan mesin spinner. Metode pelaksanannya ialah membuat komponen tertentu kemudian merakit menjadi mesin sesuai dengan rancangan dasar yang telah dibuat, dan dilanjutkan dengan pelatihan penggunaannya. Kegiatan tersebut telah dilaksanakan, dan menghasilkan penurunan pada jumlah jam kerja hingga kurang lebih 60% dari jam kerja sebelum penggunaan alat, dan memperbaiki bentuk dan ukuran produk menjadi lebih seragam. Kapasitas alat yang lebih besar juga membantu meningkatkan kapasitas produksi mereka. Selanjutnya dilakukan kegiatan untuk dapat meningkatkan pemasarannya, yaitu dengan melakukan perbaikan pada kemasan dan memperbaiki kualitas cita rasanya. Konsekuensi dari penggunaan alat-alat produksi adalah meningkatnya biaya tetap. Dari hasil evaluasi biaya dan penjualan, ditemukan bahwa usaha kerupuk kepiting olahan harus terjual minimal sekitar Rp. 3.280.925 perbulan atau 469 bungkus, jika perbungkus dipatok dengan harga Rp. 7.000. Perusahaan ini juga harus menyisihkan minimal Rp. 131.237 per bulan dari penjualan produk kerupuk kepiting olahan untuk memenuhi angka penyusutan alat-alat produksinyaPelaksanaan kegiatan Ipteks bagi Masyarakat ((bM) ini bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir melalui pembinaan kelompok usaha pembuat kerupuk kepiting. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan menerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktifitas kelompok usaha tersebut. Teknologi tepat guna yang diterapkan ialah mesin pres adonan, mesin pengaduk adonan kerupuk kepiting, dan mesin spinner. Metode pelaksanannya ialah membuat komponen tertentu kemudian merakit menjadi mesin sesuai dengan rancangan dasar yang telah dibuat, dan dilanjutkan dengan pelatihan penggunaannya. Kegiatan tersebut telah dilaksanakan, dan menghasilkan penurunan pada jumlah jam kerja hingga kurang lebih 60% dari jam kerja sebelum penggunaan alat, dan memperbaiki bentuk dan ukuran produk menjadi lebih seragam. Kapasitas alat yang lebih besar juga membantu meningkatkan kapasitas produksi mereka. Selanjutnya dilakukan kegiatan untuk dapat meningkatkan pemasarannya, yaitu dengan melakukan perbaikan pada kemasan dan memperbaiki kualitas cita rasanya. Konsekuensi dari penggunaan alat-alat produksi adalah meningkatnya biaya tetap. Dari hasil evaluasi biaya dan penjualan, ditemukan bahwa usaha kerupuk kepiting olahan harus terjual minimal sekitar Rp. 3.280.925 perbulan atau 469 bungkus, jika perbungkus dipatok dengan harga Rp. 7.000. Perusahaan ini juga harus menyisihkan minimal Rp. 131.237 per bulan dari penjualan produk kerupuk kepiting olahan untuk memenuhi angka penyusutan alat-alat produksiny