Studi Fenomenologi: Pemaknaan Laki-Laki Mengenai Pilihan Childfree dalam Pernikahan

Childfree merupakan fenomena yang sudah populer sejak tahun 1970-an dan sudah mengalami peningkatan tren di beberapa negara, termasuk Asia. Akhir-akhir ini, childfree menjadi ramai diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia. Sebagai negara dengan budaya patriarki, mayoritas penduduk Indonesia menganut paham pro-natalisme yang membuat childfree menjadi sebuah hal yang tabu untuk dibahas atau bahkan dijadikan pilihan. Menariknya, keputusan untuk childfree di Indonesia sangat ditentang oleh masyarakat ketika disampaikan oleh perempuan. Sedangkan, ketika laki-laki yang mendeklarasikan keputusannya untuk childfree, masyarakat cenderung mengagung-agungkan yang bersangkutan. Maka dari itu, melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui secara mendalam pemaknaan childfree oleh laki-laki yang sudah menikah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif eksploratif, dengan menerapkan metode fenomenologi IPA, dan melaksanakan wawancara dengan empat orang partisipan sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki yang memilih untuk childfree memiliki kualitas hidup yang sangat baik, dan childfree dipilih berdasarkan beberapa faktor, berupa faktor internal dan eksternal. Dua partisipan menyadari standar ganda yang terjadi akibat kentalnya budaya patriarki di Indonesia