Self Disclosure Hubungan Pacaran Beda Keyakinan kepada Keluarga

Dengan adanya keanekaragaman keyakinan dan budaya di Indonesia, tentunya tidak menutup kemungkinan terjadinya interaksi individu dengan individu lain yang memiliki latar belakang yang berbeda seperti keyakinan, etnis dan kebudayaan. Tak jarang, dalam pertemuan itu dapat menimbulkan rasa nyaman, cocok dan ingin menjalin hubungan berpacaran yang lebih serius. Namun, di sisi lain, perbedaan yang ada menjadi sebuah pertimbangan untuk menjalin sebuah hubungan asmara. Seringkali, adanya penolakan dari keluarga atau orang tua dalam menjalin hubungan dengan adanya perbedaan keyakinan. Banyak anak yang menjadi takut dalam melakukan keterbukaan kepada orang tua karena takut mendapatkan penolakan. Penelitian ini berusaha memahami pemaknaan mengenai pengalaman seseorang yang sedang menjalin hubungan pacaran beda keyakinan dalam melakukan keterbukaan diri kepada orang tuanya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus dan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan Teknik pengambilan data dengan cara wawancara dan observasi. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa narasumber lebih memilih untuk melakukan keterbukaan kepada ibunya terlebih dahulu, dan masing-masing narasumber memiliki caranya sendiri dalam melakukan keterbukaan diri kepada ibunya. Respons negative yang diterima juga menjadi salah satu hambatan terjadinya pembukaan diri secara mendalam. Faktor-faktor pendorong keterbukaan diri juga berbeda-beda dari keempat narasumber yang terdiri dari faktor eksternal dan internal