Penafsiran Homoseksual menurut tafsir Al-Qurtubī dan implikasinya terhadap fenomena Homoseksual di Indonesia

Skripsi ini mengkaji tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah homoseksual dalam penafsiran tafsir al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’ān atau yang lebih dikenal dengan tafsir Al-Qurtubī yang diambil dari nama penulisnya yaitu Imam Al-Qurtubī, dikarenakan isu tentang homoseksual dari zaman kezaman terus jadi perbincangan yang tidak ada habisnya mulai dari kitab tafsir klasik, modern hingga kontemporer, termasuk para mufassir Indonesia sendiri. bahkan orang-orang dan kelompok tertentu berusaha mencari perlindungan dan meminta adanya hak dan pengakuan secara publik untuk tidak adanya diskriminasi, kemudian mereka berdalih dengan adanya perlindungan Hak Asasi Manusia. Oleh karena itu tujuan adanya penelitian ini diharapkan bisa mengetahui dan memahami bagaimana mufassir tafsir klasik seperti tafsir Imam Al-Qurtubī dan mufassir Indonesia memandang homoseksual, dengan mengumpulkan ayat-ayatnya dan menelusuri penafsirannya dengan nama tafsir al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’ān yaitu tentang ayat-ayat hukum, kemudian bagaimana penetapan hukuman bagi homoseksual dalam tafsir al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’ān dengan berbagai pendapat Imam madzhab yang dikutip oleh Imam Al-Qurtubī. Maka dari itu untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut penelitian ini bersifat (Library research), dan menggunakan penelitian Metode Maudhu’i (tematik) yaitu membahas tentang masalah-masalah yang ada didalam Alquran yang memiliki kesatuan makna atau tujuan dengan menghimpun ayat-ayatnya, fokus pada kajian ini ialah untuk mengetahui dan memahami tentang homoseksual dalam tafsir Al-Qurtubī serta bagaimana implikasinya terhadap fenomena homoseksual di Indonesia. Kesimpulan dari penafsiran ini adalah pertama, sumber dan metode penafsiran dalam menafsirkan Alquran adalah Al-iqtirani metode penafsiran yang menggabung antara penafsiran bi al-ma’tsūr dan bi al-ra’yi, kemudian corak yang digunakan oleh Imam Al-Qurtubī adalah bercorak fiqih, kedua menurut Imam Al-Qurt}ubī dalam penafsirannya bahwa homoseksual adalah perbuatan fāḥishah atau keji dan melampaui batas, ketiga setelah melihat penafsirnnya maka adanya ketetapan hukum menurut mayoritas ulama madzhab mengatakan perbuatan tersebut hukumnya haram. Keempat penafsiran dari para mufassir Indonesia seperti AbdulMalik Abdulkarim Amrullah juga Qurasi Syihab mengatakan bahwa homoseksual adalah suatu pelanggaran secara fitrah, dapat menyebabkan penyakit HIV/AIDS. Kemudian menurut Musdah Mulia dan Husein Muhammad mengatakan homoseksual dan liwāṭ keduanya mempunyai istilah yang berbeda tidak dapat disamakan dengan kisah nabi Luth